-LP01-

3.1K 223 10
                                    

Lapangan luas SMA Antariksa kini tengah menjemur para siswa di hari senin untuk melaksanakan upacara bendera merah putih. Peluh telah membasahi pelipis setiap para siswa-siswi yang kini tengah merasa bosan karena mendengar pidato dari sang guru.

Beberapa bahkan ada yang berpura-pura pingsan hanya agar terhindar dari upacara. Sama halnya dengan lelaki yang kini berada di sebelahnya.

Bibir nya yang sedari tadi terus mengoceh karena merasa bosan dan juga kesal karena ia merasa pidato dari kepala sekolah itu bahkan tak ada hentinya. Zara yang berada di sebelah Teo pun hanya menggelengkan kepala tak habis pikir akan tingkah sahabatnya.

"Lo bisa diem gak sih?"

"Astaga, Zar! Lo gak capek apa? Bahkan tulang kaki gue hampir patah karena dengar pidato pak Sasto!"

"Lebay."

"Ini bukan lebay, pokoknya gue mau pura-pura pingsan, lo harus tangkap gue ya, Zar."

"Ogah!"

"Please, Zar. Nih ya, satu... dua... tiga!"

Suara jatuhan yang ternyata memang berasal dari Teo lah membuat beberapa orang di dekatnya menatap ke arah sumber suara.

"Damn! Zara... awas aja lo ya, gak tangkap gue." Batin nya menggerutu kesal.

Pak Sasto menatap ke arah barisan kelas mereka dan bertanya, "siapa itu yang pingsan?"

"Teo, Pak!" Teriak salah satu teman sekelasnya membuat pak Sasto melengos tak peduli.

"Biarin aja, nanti juga dia sadar sendiri."

"Okey! Ini gak akan bener nih." Batin Teo yang kini malah merasa gelisah akibat perbuatannya sendiri.

"Teo, kalau kamu tidak bangun sekarang juga, toilet siswa kelas tiga menunggu kamu sehabis upacara selesai."

"SIAP PAK, TEO KEMBALI SADAR SEHAT, DENGAN SELAMAT SENTOSA! MENGANTARKAN RAKYAT INDONESIA KE DEPAN PINTU GERBANG KEMERDEKAAN INDONESIA YANG MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR." Ucapnya begitu lantang.

Hal itu langsung membuat beberapa dari mereka terkekeh geli akan apa yang Teo ucapkan.

"Bagus! Petugas Undang-Undang upacara selanjutnya kamu ya, Teo."

"Siap Pak! Eh?? Gimana maksudnya pak?"

"Upacara bendera minggu depan, petugas Undang-Undang nya kamu, Teo."

"Tapi Pak—"

"Tidak dapat di ganggu gugat!"

Keputusan mutlak dari kepala sekolah membuat Teo menundukkan kepalanya kemudian menatap Zara begitu tajam.

"Lo sih... gue bilang suruh tangkap, kenapa gak tangkap gue..."

"Derita lo, makan tuh! Minggu depan makin gak bisa leha-leha lo upacara nya." Ucapan yang begitu datar tanpa belas kasih dari sahabatnya membuat Teo semakin menundukkan kepalanya menahan kesal.

"Astaga... ada apa dengan hari senin!!!" Batinnya berteriak tak Terima. Wajah Teo saat ini sungguh membuat Zara bergidik ngeri. Ia menggembungkan kedua pipinya serta mata yang berkaca-kaca membuat beberapa siswi yang mengidolakannya menjerit tertahan akan tingkah menggemaskan Teo.

"Mereka buta." Batin Zara yang kini hanya menggeleng tak habis pikir akan tingkah absurd sahabatnya.

~~~~~

Suara kelas yang begitu ramai dengan teriakan yang saling bersahutan tak mau kalah membuat kelas seperti pasar yang penuh dengan pedagang. Hal itu di sebabkan karena guru yang mengajar saat ini belum datang.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang