-LP20-

1.7K 159 59
                                    

Zara terus melakukan hal tersebut membuat pria di hadapannya saat ini penuh dengan darah di sekujur tubuhnya. Saat tau pistol yang mereka gunakan sudah ke habisan amunisinya. Zara pun melepaskan pegangannya pada mayat itu dan mulai bertarung kembali.

Banyak dari mereka yang telah babak belur di buat Zara. Walau ia pun mendapatkan luka pada wajah dan tubuhnya, hal itu tak membuat gadis cantik bermata biru itu menyerah. Ia melihat si ketua yang mulai bangkit dari duduknya dan dengan perlahan berjalan menjauhi mereka.

Dan itu tak lepas dari pantauan Zara. Secepat kilat ia berlari dan menendang punggung si ketua dengan keras hingga membuatnya tersungkur ke depan.

"Arrrgghh... siala*!"

"Serang dia!" Teriaknya tanpa tau jika anak buahnya kini tengah terkapar karena sengatan listrik dari cincin Zara.

Zara menarik rambut kepalanya membuat pria itu mendongak dan menatap ke arah Zara dengan tatapan berapi.

"Anak buahmu sudah sekarat, bodoh!"

"A– a-apa?!"

Tawa keluar dari Zara membuat gadis itu terlihat menakutkan. Semakin memberontak, semakin pula Zara menguatkan cengkraman pada rambut si pria yang kini tepat berada di hadapannya. Ia mengambil sebuah senjata dari balik jasnya dan menembakkan pistolnya ke arah Zara.

Dor!!!!

Darah keluar membasahi tangan Zara yang kini masih menjambak rambut si ketua. "Aku tak selemah itu. Bodoh!"

Ingin sekali Zara memutar kepala pria ini untuk membunuhnya sekarang juga. Namun, sebelum ia mendapatkan perintah lebih lanjut, ia tak akan gegabah untuk membunuhnya. Hufttt....

"Zar! test."

"Hm..."

"Gue udah ambil semua data dan beberapa tempat yang harus kita temui."

"Oke, semua udah selesai, apa yang mesti gue lakuin sekarang?" Tanya Zara pada Teo tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari si ketua.

"Bunuh!"

"Okey, akan aku lakukan."

Panggilan di matikan. Zara pun mengambil posisi untuk melakukan tugas akhirnya.

"Selamat jalan bedebah!" Krreeekkk, bunyi patahan yang begitu keras bisa di pastikan membuat siapa saja yang mendengarnya tau bahwa itu patahan tulang.

"Mission Complete!" Sambung Zara pada Teo yang ternyata tersambung juga pada Satria.

Wajah tampan Satria terlihat cerah dengan penuh senyuman karena rasa puas. Ia yakin putrinya semakin bisa di andalkan. Ia mengirim tim dua untuk melaksanakan sisa tugas dari Zara dan Teo. Hal itu lah yang semakin membuat Zara semangat menyelesaikan tugasnya secepat mungkin.

Satria pun yakin bahwa anak sulungnya itu pasti merindukan adik kesayangan nya. Satria terkekeh pelan kala mengingat kembali tingkah kedua anaknya itu. Jika di satukan, mereka akan seperti kucing dan anjing. Tapi saat berjauhan seperti ini, mereka akan saling merindukan.

"Kalian bisa pulang, sisanya akan di bereskan oleh tim dua." Titah Satria pada Teo dan Zara.

Zara bersorak gembira, tangannya ia tentang kan ke atas dan membuatnya sedikit meringis karena sakit yang ia rasakan.

"Ck... harusnya gue pulang tanpa luka." Otaknya terus berfikir bagaimana caranya agar ia bisa menutupi seluruh luka yang ia dapatkan.

Seolah mendapat ide briliant, ia pun bersiap untuk keluar dari rumah ini. Namun, ada suara yang membuatnya berhenti seketika. Ya, suara tangisan bayi?

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang