-LP16-

1.9K 166 14
                                    

Xenan menyandarkan kepalanya pada Zara, ia sungguh tak kuat lagi menahan rasa sakit yang ia rasakan. Melihat itu, Zara pun mengelus pelan rambut Xenan seraya berucap lirih.
"Kita pasti selamat."

"Hmm...." Gumamnya seraya di angguki oleh Xenan.

Setelah menunggu begitu lama di tempat yang sangat tak nyaman itu, akhirnya Teo kembali membuka suara. "Zar, udah aman, lo bisa keluar sekarang."

"Yakin lo?"

"Iya, dari situ, lo cari penginapan terlebih dahulu."

"Barang gue?"

"Ck, barang lo gak ada yang bisa di selamatin! Kalo lo balik lagi ke sana, gue yakin lo bakalan kena lagi."

"Hm... yaudah lah, toh ga ada yang terlalu penting."

"Handphone sama dompet lo?"

"Dompet baru isinya cuma cash, handphone juga sengaja gue beli buat misi."

"Paspor lo?"

"Gak apa lah, tinggal buat lagi kan gampang."

"Yaudah, take care Zar."

Dengan cepat ia bergegas membantu Xenan yang semakin lemah. Tubuhnya terasa panas membuat Zara sedikit khawatir akan keadaannya.

"Gio, ayo kita keluar dari sini."

Zara pun membawa Xenan dengan perlahan, mereka menyusuri jalan sesuai arahan Teo. Perjalanan yang terasa lambat hingga akhirnya mereka sampai di sebuah jalan ramai.  Zara dengan cepat menghentikan salah satu taksi.

Mereka pun akhirnya bisa bernafas lega, Zara memberikan uang yang sengaja ia sempilkan pada saku celananya. Dengan banyak meminta maaf ia memberikan ongkos lebih pada sang supir karena mobilnya menjadi kotor.

"Untung gue masih simpen uang cash nya sebagian di saku celana. Kalo engga, mati sudah." Zara pun mengalihkan pandangannya ke arah samping dimana Xenan kini tengah tertidur di pundaknya.

Kartu black card yang sengaja ia simpan di cela sepatunya membuat siapapun tak akan menyangka dengan pemikiran gadis bernama Zara itu. Ini di luar dugaan, bagaimana ia berfikir se-kritis itu?

Zara membayar satu sebuah kamar hotel untuk mereka berdua. Ya, berdua lebih aman di saat kondisinya seperti ini. Zara membayarnya dengan kartu yang ia miliki, tak lupa juga dengan kunci yang ia butuhkan.

Hingga akhirnya, mereka telah sampai di sebuah kamar besar dengan dua tempat tidur. Ia membaringkan Xenan kemudian bergegas untuk mandi.

Tubuhnya terasa segar kala mendapatkan sentuhan dari gemercik nya air yang turun membasahi setiap lekuk tubuh nya. Wangi dari sabun yang tercium mengeluarkan bau yang khas.

"Kenapa dia bisa disini?"

"Kenapa dia bisa di sekap dengan mudahnya?"

Dan masih banyak pertanyaan yang muncul dalam otak cantiknya itu. Namun, ia tak akan menyuarakan apa yang sebenarnya ingin ia ketahui.

"Ck, gue harus beli baju dan ponsel." Zara pun bergegas menyelesaikan acara mandinya. Ia keluar dengan bathrobe yang telah tersedia. Tangannya menekan tombol layanan service agar mereka bisa membantunya.

"Tolong berikan saya satu pelayan wanita dan satu laki-laki."

"Baik miss." Tak menunggu berapa lama, suara ketukan pada pintu kamar nya membuat Zara akhirnya mendekat dan membukakan pintu tersebut. Di sana, telah ada satu pelayan perempuan dan satu pelayan laki-laki sesuai dengan apa yang ia perintahkan.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang