-LP47|S2-

324 49 8
                                    

Xenan segera membawa Zara untuk memasuki ruang Arkan kembali. Keduanya pun meninggalkan sang dokter tampan yang kini tengah memerah karena malu akan perbuatannya sendiri. Namun, jangan salahkan dia. Salahkan saja suaminya karena memiliki istri cantik yang membuat orang sangat ingin mengenal dan memilikinya. Dokter itu pun menatap ke arah dimana Zara dan Xenan menghilang kemudian ia pun ikut meninggalkan tempatnya.

"Ppfttt, zonk bro! Udah ada yang punya tuh bidadari."

"Yoi. Sayang banget, padahal cantik banget ceweknya." Dokter itu pun melihat ke arah salah satu temannya yang sedari tadi terdiam tanpa kata.

"Dokter Razen, apa anda juga terpesona oleh perempuan itu?" Mereka merasa terlalu rendah jika berbicara dengan satu temannya ini. Bagaimana tidak? dia adalah cucu pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.

"Tidak."

"Tidak? tapi kok terus liat ke sana sih?" Batinnya mengejek Razen dengan jahil namun tak berani mengungkapkan nya secara langsung.

"Saya ada operasi." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Razen pergi meninggalkan kedua temannya. Mereka saling bertatapan tak mengerti akan suasana hati Razen. Setelah mereka berpisah, kedua teman yang tersisa pun ikut membubarkan diri kembali ke kantor mereka masing-masing.

Razen yang berkata akan melaksanakan operasi pun telah sampai di lantai dua, namun tiba-tiba  saja ia kembali memutar balikkan langkahnya dan menuju ruangan dimana Arkan berada, operasi hanya sebuah alasan pada para temannya. Setelah pintu terbuka, terlihatlah Arkan yang tengah memainkan ponselnya dengan Zara yang duduk setia di samping Arkan dengan umpatan kecilnya. "Kemana pria itu?" Batin Razen karena hanya melihat Zara dan Arkan saja.

"Shit! bantuin gue dek."

"Lo dimana?"

"Gue di serbu dek, aahhhhh!!!" Zara hampir saja melempar ponselnya kala ia sadar bahwa mereka tidak hanya berdua.

"Eh?"

"Pasien Arkan, sudahkan anda meminum obatnya?"

"Belum."

"Tolong untuk wali, harap mengingatkan dan membantu pasien."

"Oke."

Zara bangkit dari duduknya kemudian melihat beberapa macam obat yang telah di siapkan. "Nih, minum dulu."

Arkan menatap kakaknya kemudian mengambil obat serta minum yang telah di berikan Zara. "Bagaimana keadaan adik saya dok?"

"Adik?" Batinnya kemudian melihat ke arah Arkan dan Zara bergantian.

"Pasien harus masih mendapatkan perawatan intensif agar tidak memacu luka setelah operasi."

Zara mengangguk kemudian suara pintu ruangan pun terbuka membuat semua nya menatap ke arah sumber suara.

"Wihh.. gimana keadaan lo, Kan? Hai baby... miss you." Teo datang dan langsung merangkul pinggang Zara dan menyimpan dagu nya di pundak Zara.

Zara pun mendorong kepala Teo dengan jari telunjuknya. "Ck, kebiasaan. Minggir ah, lo bau Teo."

"Enak aja! gue mandi dulu ya, sebelum kesini."

"Mandi apaan?"

"Mandi koboi." Cengiran yang di perlihatkan gigi putihnya serta membuat mata sipit Teo semakin tak terlihat. Ckckckck

"Jorok banget sih lo! menjauh lo dari kakak gue."

"Baby, gimana keadaan Vino dan Pier. Gue kangen banget sama mereka."

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang