-LP28-

1.6K 156 41
                                    

Arkan memutar bola matanya jengah akan tingkah Teo yang semakin lengket pada kakaknya. Dengan sedikit keras, ia menarik kerah belakang baju Teo membuat sangat empunya tertarik hingga pelukan mereka terlepas.

"Ahhh!!! Gila ya Zar, dia siapa sih?" Tanya Teo dengan wajah songong nya. Membuat Zara mendengus kesal. Akting lagi?

"Gue pacarnya! Lo siapa?" Bentak Arkan membuat ketiga sahabatnya langsung terbangun dari keterdiaman mereka beberapa saat yang lalu.

"Eh, eh– Kan, santai dulu, santai." Cegah Ezar seraya memegang lengan Arkan agar sahabatnya tak lepas kendali.

"Gak bisa!" Sentak Arkan lagi membuat sahabatnya terkejut.

"Heh! Lo siapa ha? Lo berani banget lakuin kayak gitu di depan gue!"

"Kenapa gak berani? Toh dia—"

Jawaban Teo seakan di tunggu oleh ketiga teman Arkan membuat mereka sedikit harap-harap cemas akan status Zara. Mereka sungguh tak ingin ada kejadian perang dunia ketiga. BIG NO!

"Istri gue."

Ucapannya terus terngiang di benak mereka. Sungguh, ini hanya prank kan? Ketiga sahabat Zara saling menatap satu sama lain, di tambah Zio yang kini memucat dengan keringat dingin membasahi pelipisnya.

"Kak– i-itu, beneran?" Tanya Zio sedikit tergagap.

Zara menghela nafas lelah. Ia menatap Teo yang kini tengah menampilkan smirk pada bibir tipisnya.

"Hufftttt.... Teo, Please."

"Kenapa honey?"

"Teo!"

"Hahahha okey, okey... gue mau tunjukkin sesuatu sama kalian." Dengan lincah, jari tangannya membuka kunci pada layar ponsel pintarnya dan mulai memperlihatkan sebuah galeri. Dan di sana, terdapat sebuah potret.

"Ini, keluarga kita." Potret Zara, Teo dan juga anak angkat mereka Vino dan Pier.

"Kak Zara!"

"Astaga!"

"Arrgghh!!! ini pasti editan kan kak? Kakak gak mungkin udah punya anak di umur segini. Pasti ini bohongan kan?"

"Teo, tunggu hukuman lo." Aittsss... ia melupakan suatu hal, Zara pasti akan membalas berkali-kali lipat pada siapa saja yang bermain-main dengannya.

Teo menggaruk kepalanya yang tak gatal di iringi dengan cengiran khas yang membuat matanya menyipit. Dan itu membuatnya terlihat sangat imut juga... tampan.

"Hufftt... okey, kalian jangan salah paham. Teo sahabatku. Dan dua anak tadi, anak dari paman dan bibi yang di titipkan pada kami."

Bukankah menutup identitas yang sebenarnya membuat mereka aman? Itulah yang dilakukan Zara saat ini.

"Hah... syukurlah."

"God! gue keringet dingin bayangin nya!" Teriak Zio membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Minggir lo!" Titah Arkan pada Teo, namun bukan Teo jika ia tak berebut dengan Arkan. Lelaki itu dengan sengaja duduk di tempat tidur Zara kemudian memeluk Zara dari samping. Senyum indah bak iblis dari kegelapan serta raja dari neraka terbawah saling bertatapan mengeluarkan pedang yang siap membunuh mereka.

Itu menyeramkan!

"Cukup! Gue butuh istirahat."

"Okey, istirahat yang banyak, gue gak mau lo sakit kayak gini Zar. Gue gak mau lo luka kayak gini." Ucap Teo seraya mengelus punggung tangan Zara dengan lembut. Sedangkan tangan satunya lagi, tak berhenti memainkan jari-jari Zara.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang