-LP09-

2.2K 189 38
                                    

Bel pun berbunyi membuat Arkan dan Zara berhenti dari permainannya. Zio yang entah sejak kapan memiliki minuman pun mendekat dan langsung di berikan pada Zara saat kedua sejoli itu mendekat ke arah mereka.

"Kak Riz, ini buat kakak." Ucapnya seraya menyodorkan minuman isotonik pada Zara.

Zara yang hendak mengambil itu langsung memberenggut kesal kala Arkan mengambilnya dengan cepat. "Kamu kalah!"

"Ihhh... nyebelin banget sih." Kedua pipinya menggembung begitu lucu membuat Arkan tak kuasa menahan diri untuk mencubit pipi sang kakak.

"Aahhkkk... Arkan! Sakit!"

"Habisnya... kamu lucu!" Zara mengumpat dalam hati akan kelakuan Arkan yang begitu mendalami perannya.

"Awas aja, di rumah bakal gue bales!" Batin Zara dengan penuh tekad.

"Heh! Itu minuman buat kak Riz–"

"Bawel!" Potong Arkan yang membuat Zio naik pitam. Untung ada Ezar yang menenangkannya saat ini.

"Yaudah nih... aku kasihin."

Zara dengan cepat mengambil minuman itu dan meneguknya dengan cepat. Wajah putih yang memerah karena lelah, serta keringat yang membasahi pelipis hingga lehernya pun membuat ia semakin terlihat menawan di mata ketiga sahabat Arkan. Hingga akhirnya, minuman itu pun tandas dan Zara mendesah lega.

"Ahhh... enak banget. Makasih Zio." Senyum manis Zara bubuhkan  membuat Zio semakin terpana.

"Sama-sama kak."

"Selesai kan? Kalau gitu, ayo kita ke aula."

"Loh? Memangnya ada apa?" Tanya Zara karena ia merasa ketinggalan berita.

"Sekarang ada salah satu investor yang akan memberikan motivasi gitu. Acaranya di aula. Dan... Kita telat." Ucapan terakhir terdengar sangat kecil namun menjadikan sebuah ancaman bagi mereka.

Akhirnya, mereka pun berlari menuju aula sekolah.

Zara meraih tangan Arkan, bukan! Itu bukan Arkan, tapi Hega.

Merasa tangannya di genggam oleh seseorang, membuat Hega bersemu merah. "Astaga... ini adalah hadiah yang takkan pernah aku lupakan. Terima kasih Tuhan." Batin Hega yang kini tersenyum sendiri karena merasa  bahagia.

Zio melihatnya! Ia marah bukan kepalang kala melihat Hega yang menikmati sentuhan dari bidadari nya.

"Hega sialan! Dia malah nikmatin!" Umpatnya dalam hati begitu kesal.

Mereka terus berlari tanpa henti dan saat tiba, pintu di buka secara kasar oleh Zio untuk melampiaskan amarahnya. Namun hal itu justru berdampak buruk.

"Zio bego!"

"Bukan sobat gue."

"Ya Tuhan... Dia terlalu pintar!"

Mereka menunduk saat merasakan tatapan membunuh dari beberapa guru dan juga seseorang yang kini tengah berdiri di atas podium.

Namun tatapan itu tak berpengaruh sama sekali untuk Arkan dan juga Zara. Mereka tetap menatap dengan berani tanpa ada ketakutan sedikit pun.

"Mohon maaf, kami terlambat." Ucap Zara dengan sopan.

"Silahkan masuk."

"Teri–"

"Dan berdiri di depan teman-teman kalian." Ucap pria tampan yang kini masih berdiri di atas podium itu dengan nada tegas.

Suara bisikan mulai terdengar kala mereka memasuki ruangan. Most wanted dan murid baru yang selalu menjadi bahan perbincangan membuat eksistensi mereka semakin meledak. Ya, mereka semakin terkenal.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang