-LP11-

2K 187 40
                                    

Satria dan Arkan kini tengah berlari menyusuri lorong rumah sakit. Tak terasa air mata remaja itu pun jatuh membasahi pipi nya teringat akan bagaimana dekat nya ia dengan sang kakak. Arkan berharap semoga Zara  baik-baik saja.

Mereka memasuki lift dimana ada beberapa orang suster dan pengunjung wanita berada di dalamnya. Semua tertegun kala melihat Satria yang tampan dan gagah dengan Arkan yang juga memiliki ketampanan serupa dengan Satria.

Mereka saling berbisik dan merapikan penampilan agar terlihat oleh keduanya. Mereka mengira dua lelaki tampan dihadapannya saat ini adalah adik kakak.

"Lantai berapa ya?" Tanya Satria pada dirinya sendiri sembari memiringkan kepalanya mengingat percakapannya saat di telepon.

"Arkan, kamu tau lantai berapa?"

"Arkan gak tau. Emangnya–" Arkan langsung membulatkan matanya saat sadar akan kecerobohan yang di lakukan daddy nya itu.

"Jangan bilang kalau daddy lupa tujuan kita?!"

"Daddy?"

"Yahh... punya bini dong."

"Pantes aja cakep nya sama."

"Pupus sudah harapan... haaahh."

Ucap mereka yang pastinya hanya bisa di ungkapkan dalam hati.

Satria yang mendengar ucapan anaknya itu langsung menatap anaknya bengis seraya memencet tombol angka tiga.

"Daddy belum setua itu sampai lupa disaat genting begini, Arkan."

"Ya habis, daddy tanya begitu, jadi Arkan simpulin kalau daddy lupa."

"Gak tuh, tanya aja sama susternya." Ucap Satria dengan yakin.

Arkan yang penasaran pun hendak menanyakan pada salah satu suster di sana, namun ia urungkan kala ia belum tau nama ruangan yang akan mereka tuju.

"Nama ruangannya apa dad?"

"Cempaka."

Seakan tau maksud dari perdebatan kedua pria tampan itu, suster pun menjawab dengan senyuman yang terbingkai di bibirnya.

"Iya betul, ruangan cempaka ada di lantai tiga."

"Daddy menang." Arkan yang mendengar itu pun hanya memutar matanya tak percaya akan tingkah Sang daddy karena tak ingin kalah dari anaknya.

"Dad, sebenarnya siapa yang masuk rumah sakit?"

"Kakak kamu—"

"Apa? Kakak? Daddy kenapa gak bilang dari tadi sih dad!"

"Ehhh... Ark—" Arkan langsung berlari keluar saat pintu lift terbuka. Dirinya langsung pergi begitu saja meninggalkan Satria.

"Loh? kok ke sana?" Tanya Satria saat melihat Arkan berlari ke arah yang salah.

"Ckck... biarin aja, dari awal dia udah salah paham duluan." Sekali-sekali jahil sama anak sendiri gapapa kan ya? Lanjutnya dalam hati.

Satria pun melangkah ke arah berlawanan. Dan di sana, nampak lah seorang gadis dengan baju seragam yang kini tengah kotor karena darah dari musuh dan juga sahabatnya Teo.

"Dad..."

"Are you okey sweetie?"

"Fine, hanya dapat luka kecil."

Satria meneliti keadaan anaknya. Beberapa memar di bagian wajah dan juga goresan pada lengan kanannya ternyata mampu di tahan oleh putrinya. Satria bangga akan kekuatan yang di miliki Zara.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang