-LP40|S2-

509 49 2
                                    

Seperti yang telah di rencanakan, Xenan dan Zara akan pergi saat keesokan harinya. Setelah pamit pada kedua orang tua mereka, tak lupa mereka pun pamit pada si bungsu, Arkan ternyata masih merasa sangat sulit untuk melepas pegangan tangan nya pada Zara.

"Dek, lepas dulu. Sini gue peluk aja." Arkan pun akhirnya menuruti Zara kemudian masuk dalam pelukan kakaknya.

"Beliin gue sepatu sama kaos yang banyak di sana." Rajuk Arkan yang akhirnya tak bisa di tolak sama sekali.

"Iya, nanti gue beliin." Arkan melanjutkan.

"Jangan telat makan, jangan sampe sakit, jang—"

"Tenang aja Arkan, kakak akan jaga istri kakak." Timpal Xenan memotong ucapan Arkan.

"Apa sih, nyambung aja." Gumam Arkan dengan pelan dan hanya bisa terdengar oleh Zara saja. Hal itu jelas membuat Zara terkekeh pelan. Kapan mereka akan akur? Pertanyaan yang sepertinya akan sulit untuk di jawab.

"Yaudah, gue pergi dulu ya. Gue juga udah pamit ke mom sama dad."

"Okey. Hati-hati kak."

Zara mengangguk kemudian mengecup pipi Arkan. "Bye jelek."

"Bye gendut."

Arkan melihat kepergian Zara dan Xenan dengan wajah murung. Namun, tiba-tiba saja, panggilan pada ponselnya membuat ia mengalihkan fokus dari mobil yang di tumpangi Zara.

"Hm?"

"Arkan, kamu belum berangkat sekolah? sebentar lagi bel—"

"Sial! gue siap-siap dulu. Lo pergi duluan aja. Gue gak bisa jemput." Jawab Arkan dengan tergesa-gesa membuat orang di sebrang sana menjadi gugup.

"Oh— i- iya deh. Hati-hati ya."

"Hm."

Panggilan  di matikan membuat Arkan bergegas menuju kamar untuk berganti pakaian.

"Gue lupa kalo hari ini sekolah. Shit!"

Sepuluh menit kemudian, tanpa mandi, tanpa sarapan dan hanya bermodalkan mandi koboy nya akhirnya Arkan pun pergi ke sekolah menggunakan motor sport miliknya. Dengan segala ketampanan yang ia miliki, Arkan tak pernah ragu ke sekolah walau tanpa mandi.

Dengan kecepatan di atas rata-rata ia melajukan motor sport nya seperti pembalap profesional.

Sepuluh menit perjalanan membuat Arkan sedikit khawatir jika pintu gerbang sekolahnya telah di tutup. Tapi ternyata ia salah. Para sahabatnya dengan sengaja mengajak ngobrol satpam sekolah dan membuat pak satpam lupa menutup gerbang. Padahal, bel telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Ia pun lolos. Hega, Ezar dan Zio pun langsung berpamitan meninggalkan wajah linglung satpam sekolah mereka.

"Woy!" Panggil Hega membuat Arkan menatap ke arah mereka.

"Gila, baru kali ini gue liat lo telat."

"Ck, hari sial gue."

"Ada apaan sih? gue liat, muka lo bete gitu."

"Hm..."

"Kasih tau lah. Siapa tau kita bisa kasih saran. Bener gak?"

Dua temannya yang lain mengangguk setuju akan apa yang Zio ucapkan.

"Zara—"

"Woooo... kenapa sama bidadari gue? tambatan hati gue, per—"

"Dia honeymoon."

"WHAT!!!!"

Teriakan nyaring dari ketiga temannya membuat Arkan tanpa kata meninggalkan mereka semua. "Kalian ini— bel sudah berbunyi dari tadi. CEPAT MASUK!" Baiklah.. . guru killer telah keluar tanduknya.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang