-LP30-

1.4K 145 53
                                    

Hari itu, semua berjalan terasa begitu lambat. Banyaknya soal dan sistem eliminasi membuat mereka semua para peserta harus benar-benar mengerjakannya dengan maksimal untuk bisa lolos sampai ke babak semi final.

Lain halnya dengan Arkan yang kini tengah terduduk seraya memainkan pensilnya dengan santai. Ia telah selesai. Dari sekian banyaknya soal. Ia mampu mengerjakan itu semua dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Sisa waktunya ia gunakan untuk memainkan pensil atau penghapus yang ia bawa.

Guru pengawas pun datang menghampiri meja Arkan. Dengan wajah datarnya, ia berbicara pada Arkan. "Kenapa diam? Bukannya kerjain soal malah main-main. Sekolah dimana kamu?"

Arkan tak menjawab. Hingga ia merasa seragam pada lengannya di tarik sedikit kasar untuk memperlihatkan bet (tanda sekolah) siswa itu.

"Azfary International School." Matanya melirik ke arah bawah dimana nama Arkan terpampang jelas pada dada sebelah kirinya.

"Arkan Gara Satria." Gumamnya seraya berusaha untuk mengingat akan nama tersebut. Namun ia tak berfikir lebih jauh lagi, kemudian kembali berbicara.

"Mana lembar jawaban kamu?!"

Arkan menggeser kan lembar jawabannya tanpa mengucap sepatah kata pun. Sang guru meneliti jawaban yang Arkan isi.

"Kamu, silahkan keluar."

"Terima kasih."

Tanpa melihat lagi ke arah belakang, Arkan pun keluar meninggalkan kelas.

"Bu, saya juga sudah selesai." Ucap seseorang yang ternyata siswa dari Antariksa bernama Gideon.

"Baik, kumpulkan lembar jawabannya."

Setelah itu, Gideon berpamitan untuk keluar dari kelas. Ia menatap ke arah kiri dan kanannya. Di sana, terlihat lah Arkan yang tengah berjalan di Koridor sekolah sendirian. Ia pun mulai berjalan ke arah yang sama dengan langkah sedikit berlari berniat untuk menyusulnya.

"Hei..."

"Woy... tunggu!"

Langkah Arkan terhenti kala Gideon kini berdiri tepat di hadapannya dengan nafas yang terengah-engah.

"Lo dari AIS? Kenal Ariezka Zara S?"

Frontal banget nih orang tanya nya langsung ke inti. "Hm..."

"Hahaha... dia pasti terkenal di sana ya?"

"Ya."

"Hahahaha! Dia itu idola gue. Dan asal lo tau aja, gue ikutan lomba ini supaya gue bisa masuk AIS."

"Ha?"

"Hmm... kepala sekolah bilang, dia akan kabulkan permintaan kita kalau kita menang."

"Sayangnya itu gak bakalan terjadi." Arkan menatap tepat ke arah mata Gideon. Dengan tegas, ia berkata, "gue yang bakal menang!"

Ucapan yang keluar dari mulut Arkan bukan hanya sebuah bualan. Karena saat ini, ia pun yakin akan duduk di bangku semi final. Sama hal nya dengan Gideon dan dua sekolah lainnya.

Dan inilah saatnya.

Arkan dan Fiona kini duduk bersisian. Beberapa kali, Fiona mencoba untuk berbicara pada Arkan namun hanya jawaban singkat yang ia dapat.

Fiona menatap sekitar dan matanya tertuju pada Gideon yang ternyata tengah mengamatinya.

"Hei." Sapa Fiona membuat Gideon membalasnya.

"Hei, Gideon." Salamnya sebagai perkenalan.

"Gue Fiona, salam kenal."

"Hm... oh iya, lo dari AIS ya?"

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang