Chapter 53

111 14 68
                                    

Nadya sedang di kampusnya. Dia akan daftar Wisuda bersama Ravel. Gio awalnya merasa kesal karena Nadya pergi ke kampus bersama Ravel, tapi karena dia memang tidak bisa mengantar, apa boleh buat Gio akhirnya mengizinkannya.

"Nad..aku rasa kamu bisa bekerja di Singapore.. Biaya hidup di sana lumayan mahal. Di tahun pertama perkuliahan, Gio belum bisa mengambil kerja part time. Apakah kamu akan diam saja sementara uang tabungan kalian terus berkurang untuk biaya hidup selama di sana?" ucap Ravel.

"Hemm... kamu benar.. tapi.. aku bingung mau bekerja apa di sana? aku perlu referensi untuk mendapatkan kerja di sana" ucap Nadya.

"Aku bisa kamu Nad..." ucap Ravel.

"Apa? ah tidak Rav, jangan.. kamu sudah banyak membantuku. Lagi pula belum tentu Gio akan mengizinkan aku kerja di Singapore" ucap Nadya.

"Aku akan bicara dengan kakak menyebalkan itu, yang penting kamunya mau dan bersungguh-sungguh untuk bekerja. Aku dan Kak Lovie akan membantu kamu" ucap Ravel.

"Kak Lovie?" ucap Nadya.

"Iya.. dia akan pindah ke kantor pusat di Singapore. Kamu akan kerja bersama Kak Lovie kalau kamu mau" ucap Ravel.

"Hemmm... aku mau Rav.. tak masalah kan aku yang bekerja sementara Gio kuliah" ucap Nadya.

"Ya sudah, Gio urusan aku. Kamu tinggal mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dan persiapkan untuk wawancara online. Setelah dari sini kita bertemu kak Lovie ya" ucap Ravel.

Nadya tersenyum "Terima kasih ya Rav.. kamu baik sekali" 

"Aku masih mencintai kamu, jangan lupakan itu" ucap Ravel.

"Rav...." ucap Nadya merasa bersalah pada Ravel.

"Sudahlah, ayo kita temui Kak Lovie" ucap Ravel.

*******

Malam harinya, Gio, Nadya, Ravel, Kak Arro, Retta, Ed dan Ron berkumpul di rumah Nenek Rufina. Anggaplah ini sebagai makan malam perpisahan sebelum Kak Arro pergi ke Lombok. Gio, Ravel, Nadya, dan Nenek Rufina ikut bahagia karena akhirnya Kak Arro melamar Retta. Rencananya mereka akan menikah di Lombok. Tidak ada pesta besar. Cukup pernikahan private di pinggir pantai saja. Kak Arro juga tidak meminta nenek dan adik-adiknya hadir. Arro tidak mau tempatnya tinggal nanti diketahui banyak orang. Ia mengantisipasinya mengingat belakangan ini ada orang-orang misterius yang menguntitnya.

Makan malam berlangsung dengan kekeluargaan. Tak lupa saling sindir Gio dan Ravel tak terhindarkan. Arro bergerak sebagai wasit untuk kedua adiknya itu. Setelah makan malam, Gio mengajak Kak Arro untuk berbicara di balkon lantai 2. 

"Kak.. gua mau mengembalikan uang 500 juta yang sempat gua pinjam untuk biaya kuliah. Papa Arvin mau membiayai kuliah gua" ucap Gio.

"Lo yakin gak butuh uang itu untuk bekal hidup di sana?" tanya Kak Arro.

"Yakin kak, tempat tinggal kami juga disediakan Papa Arvin. Uang tabungan kami cukup untuk biaya hidup sehari-hari sampai gua mendapat kerja part time nantinya" ucap Gio.

"Ya sudah, terserah lo aja. Lo bisa kembalikan ke rekening gua kapan pun lo mau" ucap Arro.

"Sekali lagi terima kasih ya kak" ucap Gio.

Arro mengangguk, lalu menghisap dalam-dalam cerutunya.

"Sekarang giliran gua yang mau ngomong sama lo" ucap Ravel.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang