Chapter 7

161 24 65
                                    

Nadya dan Ravel makan siang bersama di kampus. Nadya tidak banyak bicara pada Ravel. Setelah 3 hari 'menghilang' Ravel kembali seperti biasanya. Nadya memang sudah mengalami situasi ini sejak mereka pertama kali pacaran 2 tahun yang lalu, tapi kali ini Nadya seperti sudah mulai lelah dengan situasi yang tidak normal seperti ini. Nadya malas berdebat dengan Ravel, jadi dia memilih untuk diam saja.

Ravel menyadari perubahan sikap Nadya padanya. Nadya begitu cuek dan dingin padanya. Ravel bisa memahami kenapa Nadya bersikap seperti itu padanya. Ini memang salahnya, tapi di satu sisi juga Ravel tak punya pilihan. Keadaan seperti akan terus terjadi selama ia masih bekerja untuk Papa-nya. Ravel sungguh tersiksa dengan sikap Nadya yang seperti ini. Ravel sangat menyayangi dan mencintai Nadya. Ravel tak pernah sedikit pun bersikap kasar pada Nadya. Bagi Ravel, Nadya adalah sesuatu yang paling berharga di hidupnya. 

Hubungan mereka memang ditentang oleh Kak Alex dan Kak Arro. Kedua kakak mereka tidak suka dengan hubungan mereka, tapi Ravel tetap berusaha memperjuangkan hubungannya dengan Nadya. Ravel bisa menerima setiap sikap tak bersahabat dari Kak Alex padanya, Ravel tidak dendam sama sekali. Ravel akan terus berusaha mempertahankan hubungan ini. Ravel berharap Nadya bisa menjadi semangat hidupnya, ia juga berharap suatu saat bisa menjalani hidup normal dan bahagia bersama Nadya.

"Nad...kamu masih marah ya sama aku?" ucap Ravel.

"Enggak, memangnya kamu punya salah?" ucap Nadya dingin.

"Maafkan aku Nad... aku juga gak mau seperti ini terus...tapi aku gak punya pilihan" ucap Ravel frustasi.

"Jika suatu saat kita menikah, lalu aku akan melahirkan, kamu tetap akan pergi kan kalau Papamu memintamu untuk mengurus bisnisnya?" ucap Nadya dengan nada sinis.

Ravel tak tau harus menjawab apa. Pertanyaan itu seperti sebuah tamparan yang sangat keras ke wajahnya.

"Kamu tidak bisa menjawabnya kan?" tanya Nadya menekankan.

"Nad... aku akan berusaha agar hubungan kita bisa normal seperti pasangan lainnya" ucap Ravel. Wajah tampan Ravel terlihat menyedihkan saat ini.

"Rav.. kita sudah 2 tahun menjalani hubungan ini tapi sedikit pun tidak ada perubahan soal kebiasaamu yang suka 'menghilang' itu. Aku harus memahamimu sampai kapan? 5 tahun lagi. 10 tahun lagi?" ucap Nadya yang mulai angkat bicara mengenai kekhawatirannya.

"Maafkan aku Nad... Maafkan aku" ucap Ravel. Dadanya sakit mengetahui kenyataan ini. Ravel bahkan tidak tahu akan sampai kapan dia akan membantu bisnis Papa-nya. Ravel sedih karena tidak bisa memberikan kepastian itu pada Nadya.

"Kayanya kita harus berfikir ulang soal hubungan kita Rav.. hubungan kita itu gak sehat" ucap Nadya.

"Kamu udah gak sayang sama aku Nad?" ucap Ravel frustasi.

Ada jeda hening setelah kata-kata yang keluar dari mulut Ravel itu.

"Nad.. jawab aku.. kamu udah gak sayang sama aku?" ucap Ravel menekankan.

"Aku sayang sama kamu.. tapi di satu sisi aku juga bingung dengan hubungan kita. Aku takut gak bisa terus ngertiin kamu. Aku manusia biasa Rav, ada saatnya aku capek dengan situasi hubungan kita yang tidak normal" ucap Nadya.

"Aku bisa memahami ketakutan dan kekhawatiran kamu. Aku bisa terima semua sikap dingin kakak kamu atau sikap dingin kamu sekali pun. Aku bisa menerimanya, yang penting kamu tetap sayang sama aku. Bagiku itu sudah cukup" ucap Ravel yang merasa lega karena kekasihnya masih menyanyanginya walau pun ia sudah sering mengecewakannya.

Ravel meraih tangan Nadya lalu mengecup punggung tangan Nadya dengan lembut "Terima kasih ya sayang.. Aku cuma punya kamu yang berharga dalam hidupku. Aku tak mengharapkan apa-apa lagi selain kasih sayangmu"

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang