Gio mengajak Nadya jalan-jalan menyeberangi Cavanagh Bridge. Tangan mereka bertautan seolah ada perekat yang membuatnya menempel. Walau rencana mereka di Singapura berubah jadi acara keluarga, tapi mereka tetap menikmatinya.
"Kamu kok senyum-senyum terus sih dari tadi?" tanya Nadya.
Gio lalu terkekeh "Tidak apa-apa... hanya saja aku baru saja mengerjai adik kurang ajar itu. Mudah-mudahan HP-nya selamat. Pasti dia mau banget membanting HP-nya setelah membaca pesan chat dariku"
"Memangnya kamu nulis apa di pesan chat itu?" tanya Nadya penasaran.
"Ada deh... " ucap Gio sambil nyengir kuda.
"Awas ya kalau kalian berantem...aku gak akan membela salah satu dari kalian" ucap Nadya.
"Kok gitu sih? jangan-jangan kamu masih sayang sama dia adik kurang ajar itu ya?" selidik Gio.
"Kalau iya memang kenapa?" tantang Nadya.
"APA????? KAMU SERIUS MASIH SAYANG DIA?" ucap Gio sewot.
"Ravel.. dia punya nama loh" ucap Nadya.
Gio menghentikan langkahnya dan menatap Nadya dengan intens "Nad.. serius kamu membagi cinta kamu juga untuk Ravel? aku tidak terima, ayolah Nad.. hati aku utuh untuk kamu. Tidak aku bagi untuk siapa pun. Kamu malah membalasku dengan seperti ini" ucap Gio dengan ekspresi kecewa.
Nadya tertawa kecil "Kamu menggemaskan kalau lagi kesal" ucap Nadya.
"Nad.. aku serius" ucap Gio.
Nadya lalu meletakan kedua telapak tangannya di pipi kanan dan kiri Gio "Aku memang sayang kalian berdua..tapi dengan porsi yang berbeda. Aku sayang kamu sebagai pasangan hidupku, dan aku sayang Ravel sebagai teman"
"Tetap saja ada sayangnya" ucap Gio cemberut.
"Kamu gak boleh egois dong.. kamu harus belajar jadi kakak yang baik" ucap Nadya.
"Dia saja terus kurang ajar padaku, bagaimana aku bisa merangkulnya sebagai adikku?" ucap Gio.
"Sabar sayang... aku yakin suatu saat kalian akan menerima takdir kalian sebagai saudara" ucap Nadya.
Cup..
Gio berhasil mencuri ciuman singkat dari bibir Nadya.
"Gio.. ini tempat umum" ucap Nadya dengan pipi memerah.
"Tidak ada yang kenal kita di sini Nad, ayo kita lanjutkan" ucap Gio lalu bersiap mencium Nadya.
Tring..... Tring...
Suara HP Nadya menjadi pengganggu mereka. Nadya langsung mengangkat panggilan tersebut. Ternyata Kak Retta yang menghubunginya. Nadya dan Gio diminta segera ke La Brasserie Resto untuk makan siang.
"Gio.. kita sudah ditunggu untuk makan siang, ayo..." ucap Nadya lalu menarik tangan Gio.
Gio dan Nadya sudah sampai di resto. Ravel menatap Gio dengan pandangan tidak ramah. Gio disediakan duduk di sebelah Ravel sementara Nadya di sebelah Retta. Arro duduk di ujung layaknya kepala keluarga. Arro memperhatikan Gio dengan seksama.
"Gio...coba bersihkan bibir lo. Kasihan adik lo yang di samping" ucap Arro.
Nadya langsung melihat bibir Gio yang ada sisa lipstiknya.
"Ya ampun.. kenapa tadi aku tidak memperhatikan ya kalau ada sisa lipstik aku di bibir Gio. Ceroboh sekali"
Ravel langsung melihat Gio di sampingnya, dan benar saja ada sisa lipstik Nadya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Security Blanket
RomanceGio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematian. Gio awalnya tidak merasa takut akan apa pun sampai sebuah peristiwa tragis memaksanya mengerti ar...