Ravel berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia sedang berfikir bagaimana caranya bisa kabur dari briefing target perampokan untuk minggu depan. Selama ini Ravel sudah sering mengecewakan Nadya, kali ini dia harus berhasil kabur agar bisa menemui Nadya. Ravel mulai buntu, karena setiap kali dia kabur, pasti Kak Arro akan menemukannya. Ravel lalu membanting jam tangannya, karena kerasnya benturan kaca jam tangannya langsung retak. Ravel lalu mengambil jam tangannya dari sudut ruangan.
Ravel lalu mengambil obeng kecil dari laci mejanya untuk melihat mesin jam tangan apakah rusak atau tidak. Dia membuka bautnya satu persatu hingga penutup mesinnya terbuka. Setelah berhasil membukanya. Ravel merasa terkejut karena ada sesuatu di dalam mesin jam tangannya.
"Sial, kenapa tak terpikirkan olehku? pantas saja aku kabur berkali-kali Kak Arro selalu menemukanku. Ternyata ini jawabannya... alat pelacak.. Aku harus menemukan alat pelacak yang lain"
Ravel lalu memeriksa handphone-nya, memeriksa aplikasi hingga mesinnya. Ravel kembali menemukan alat pelacak dan aplikasi yang mendukung pelacakan lokasi. Ravel segera menghapus aplikasi itu dan mencopot alat pelacak dari mesin handphone-nya. Ravel lalu pergi ke garasi untuk mengecek mobilnya. Ia memeriksa dengan seksama sampai akhirnya dia menemukan alat pelacak di bawah jok mobilnya.
"Mudah-mudahan tidak ada lagi" ucap Ravel lalu kembali ke kamarnya.
Ravel mengganti bajunya, membawa handphone dan dompetnya. Ia lalu melihat kondisi rumah yang agak sepi karena Kak Arro dan Papa sedang ada di ruang kerja. Ravel lalu berpapasan dengan Ron di halaman rumah.
"Mau ke mana Rav?" tanya Ron.
"Eummm.. mau ngambil paket untuk papa" ucap Ravel setenang mungkin.
"Oh.. nanti jam 8 jangan lupa briefing di gudang biasa ya" ucap Ron mengingatkan.
"Siap.. yaudah gua pergi dulu" ucap Ravel.
"Lo gak bawa mobil Rav?" tanya Ron.
"Enggak, orang yang ngasih paketnya deket sini kok" ucap Ravel.
"Mau gua temenin?" tanya Ron.
"Gak usah.. gua bisa jaga diri" ucap Ravel.
"Yaudah" ucap Ron lalu masuk ke rumah.
Setelah keluar dari Pagar, Ravel segera berlari hingga keluar penjagaan cluster rumahnya. Setelah itu dia menunggu Taxi online yang sudah ia pesan beberapa saat yang lalu. 2 menit kemudian taxi online-nya datang. Ravel buru-buru naik sambil menghembuskan nafas merasa lega. Dia lalu menghubungi Nadya.
"Hallo Nad.."
"Ravel.. kamu bukannya mau ngurusin bisnis Papa kamu hari ini? kok bisa telefon aku?"
"Aku kabur Nad.. Aku gak peduli kalau setelah malam ini aku akan dihajar Kak Arro, yang penting aku mau ketemu kamu dulu. Aku udah sering banget ngecewain kamu.. pokoknya malam ini aku mau kita quality time. Kita makan, nonton, melakukan apa pun yang menyenangkan seperti pasangan kekasih pada umumnya.. kamu mau kan?"
"Tapi... aku gak tau Kak Alex akan mengizinkan atau enggak... hemmm... tapi aku akan cari cara supaya aku bisa menemuimu"
"Yaudah.. aku tunggu di Restoran Asia De Cuba ya.."
"Iyaa..Bye Rav"
Nadya berusaha berfikir bagaimana caranya dia akan mendapat izin dari Kak ALex. Dia berjalan mondar-mandir hingga dia terpikirkan seseorang.. Gio.. Ya kalau dia pergi dengan Gio kak Alex pasti mengizinkannya. Nadya lalu menghubungi Gio untuk segera menjemputnya. Gio menurut saja dan segera menjemput Nadya di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Security Blanket
RomanceGio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematian. Gio awalnya tidak merasa takut akan apa pun sampai sebuah peristiwa tragis memaksanya mengerti ar...