Chapter 2

276 32 43
                                    

Acara makan malam telah selesai. Semua masakan yang disajikan Mama Maira dan Nadya habis tanpa sisa. Alex dan Gio makan dengan lahapnya, antara doyan dan kelaparan beda tipis. Setelah makan malam Alex mengajak Gio untuk mengobrol di teras rumah. Mereka pun mengobrol sambil menunggu Nadya membuatkan Kopi.

"Lusa kita dapat jadwal nganter uang lagi.. rejeki kita bro.." ucap Alex.

"Bro.. apa lo pernah ngalamin di situasi yang gawat saat nganter uang?" tanya Gio.

"Pernah.. sekitar 2 tahun lalu. Waktu nganter uang ke PT Dexindo. Jumlah yang dibawa sekitar 10 Milyar, buat THR karyawan Pabrik. Orang yang ditugasin itu gua sama Fian. Kami udah ngerasa diikutin sih sejak ngambil uang di bank. Dari situ perasaan udah mulai gak enak. Di tengah jalan mobil kami ditabrak dari samping. Awalnya kami berusaha untuk menghindar, tapi begitu mereka nembakin mobil. Yaudah gua sama Fian sepakat untuk menghadapi itu perampok sialan. Mereka untungnya cuma 3 orang jadi masih bisa kami lawan. Gua langsung ngabarin ke kantor kalau kami diserang, yaudah Fian markirin mobil di tempat yang sepi lalu saling serang pun terjadi. Mereka semua pakai topeng, dengan senjata revolver. Tangan kiri Fian tertembak, setelah itu gua tembak tangan kanan mereka satu persatu hingga revolver terlepas. Gua langsung narik Fian ke mobil  lalu pergi secepat mungkin" ucap Alex.

"Terus Fian gimana?" tanya Gio yang penasaran.

"Begitu sampai di PT Dexindo, gua langsung nyerahin uang 10M itu ke perwakilan finance. Lalu Fian dijemput sama tim medis dari kantor" ucap Alex.

"Lo gak kapok setelah itu?" Tanya Gio.

"Engga, itu kan memang resiko pekerjaan. Fian yang ngerasa trauma, sejak kejadian itu dia ngambil kuliah D3 di bidang IT supaya bisa ditarik kerja di balik meja, gak di lapangan lagi kaya gua. Ya akhirnya dia ditarik ke Divisi Keamanan Digital kan?" ucap Alex.

"Lo gak ada niatan kuliah gitu bro supaya bisa ditarik kerja di Kantor aja, bukan di lapangan kaya gini?" tanya Gio.

"Di kantor pendapatannya gak sebesar kita Bumblebee, orang kantor dapet gaji bulanan doang, sementara kita bulanan dapet, tiap nganter uang juga dapet. Gua pernah dapet total 1 bulan 40 juta lebih" ucap Alex.

"Lo gak kepikiran buat nikah gitu? Gua rasa lo udah cukup mapan, umur lo juga udah kepala 3" ucap Gio.

"Hahahaha...sialan lo.. emang kalau udah kepala 3 kenapa? Sebenarnya gua punya alasan kuat kenapa gua belum kepikiran nikah. Gua mau Nadya sama Mama hidupnya terjamin. Mama punya usaha sendiri, Nadya lulus kuliah lalu kerja, setalah itu baru gua kepikiran nikah. Nadya itu yang paling terpukul saat Papa meninggal. Jadi gua berusaha jadi sosok kakak dan ayah buat Nadya" ucap Alex.

"Kak Alex, sepertinya gas di rumah habis" ucap Nadya yang tiba-tiba mengintrupsi.

Alex lalu memandang Gio "Bumblebee, anterin adek gua gih"

Alex lalu memandang Nadya "Kalau mau beli beras segala macem sekalian aja mumpung ada kuli ganteng nih. Oiya biar dia aja yang bayar, tuh di dompetnya ada 5 juta hasil tip anter uang" ucap Alex seenaknya.

Alex lalu melempar kunci mobilnya ke arah Gio yang dengan sigap ditangkap. Gio lalu pergi ke dapur, untuk mengambil tabung gas biru yang akan diganti dengan yang baru. Gio tak berkata sepatah kata pun pada Nadya. Dia meletakan tabung gas biru di bagasi lalu masuk ke kursi kemudi. Nadya lalu masuk ke kursi penumpang di sebelah Gio.

"Heh Bumblebee, jagain Nona Kecil gua baik-baik, lecet dikir kepala lo gua ancurin" ucap Alex.

"Kak Alex!!!!!" Nadya berusaha menghentikan ulah kakaknya yang terkadang seenaknya.

Alex malah tertawa lalu masuk ke dalam rumah.

"Maafkan kak Alex ya.. dia kalau ngomong kadang suka gak difilter" ucap Nadya yang merasa tak enak pada Gio,

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang