Chapter 10

180 23 67
                                    

Gio dan Alex baru saja menyelesaikan latihan menembaknya di sport hall belakang gedung kantor. Setelah itu mereka berlatih Mixed Martial Arts. Bela diri yang merupakan gabungan Boxing, Muay Thai, Pencak Silat, Brazilian Jiu Jitsu, Jeet Kune Do, Krav Maga dll. MMA sangat cocok untuk 'pertarungan jalanan'. Jika dalam hal menembak Gio selalu juaranya, lain hal dengan pertarungan MMA, Alex selalu berhasil membanting Gio dan mengunci kepalanya dengan tangan atau kedua kakinya. Gio selalu kewalahan saat menghadapi Alex dalam pertarungan tangan kosong ini.

"Kapan lo menang lawan gua????" ucap Alex sambil mengunci leher Gio dengan tangan kanannya. Alex sengaja menekankan tangannya agar Gio meresa tercekik.

"Su...atu.. saat..gu..a pasti..me..nang" ucap Gio dengan leher tercekik.

Alex lalu melepaskan Gio. Dia tersenyum meremehkan ke arah Gio. Sementara itu Gio terbatuk-batuk dan berusaha mengatur nafasnya. Alex kemudian mengambil handuk dan minum. Dia melemparkan seenaknya handuk dan botol minum ke arah Gio. Untung saja Gio sudah terbiasa dilempar segala macam barang oleh Alex, jadi tangannya dengan sigap menangkapnya sebelum mendarat di wajahnya. Gio dan Alex menikmati minum mereka sambil selonjoran di lantai kayu di luar area MMA. Badan mereka basah dengan keringat.

"Lo gak bosen kalah terus sama gua? pertarungan di luar sana jauh lebih keras dibandingkan di arena ini Gio. Lo harus terus belajar. Saat lo benar-benar bertarung di jalanan, banyak yang hal tak terduga yang mungkin terjadi. Misalnya lawan kita tiba-tiba mukul lo pakai balok, botol kaca dan segala hal yang ditemukan di jalan. Jurus dan teknik tidak penting lagi, insting lo untuk bertahan hidup yang lebih penting. Lo harus fokus kalau masih mau hidup" ucap Gio.

"Apa lo pernah bertarung di jalan secara brutal?" tanya Gio.

"Pernah..dan gua hampir gak selamat. Gua udah terkapar di jalan, terbatuk-batuk dengan mulut berbau amis karena darah" ucap Alex.

"Terus gimana cara lo bisa selamat?" tanya Gio.

Alex terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Gio "Gua diselamatkan sama mantan partner kerja gua.. Arro.."

"Arro??? kayanya gak ada nama itu di kantor" tanya Gio.

"Dia dipecat dengan tidak hormat saat tahun kedua bekerja. Dia diindikasi terlibat dengan jaringan perampok. Saat itu tidak ada bukti yang kuat untuk memasukkannya ke penjara, tapi Pak Prima tetap memecatnya. Aku dan Arro dulu berteman baik, kami partner kerja yang solid. Selalu jadi kesayangan Pak Prima. Sejak pemecatan itu kami tak pernah saling berkomunikasi lagi sampai suatu saat Nona Kecilku mengenalkan pacarnya" ucap Gio.

"Ravel??? apa hubungannya dengan Ravel??" tanya Gio.

"Ravel itu adiknya Arro...karena itu aku tak pernah menyetujui hubungan Nadya dan Ravel.. Gua yakin Arro juga gak akan menyetujuinya" ucap Alex.

"Apa Ravel tahu soal ini?" tanya Gio penasaran.

"Sepertinya dia gak tau.. Seingat gua dulu Ravel tinggal bersama ibunya. Arro dulu pernah mengatakan itu, sementara Arro tinggal bersama Vito Gustav ayahnya. Nadya pernah menceritakan bahwa Mama-nya Ravel sudah meninggal, sejak itu Ravel tinggal bersama Arro dan ayahnya. Arro mengatakan bahwa ayahnya memiliki bisnis jual beli besi tua, tapi gua curiga itu hanya kamuflase dari bisnis ayahnya yang sebenarnya" ucap Alex.

"Maksud lo Vito Gustav punya bisnis lain yang disembunyikan?" tanya Gio.

"Ya... keluarga Gustav itu sangat kaya, tidak mungkin hanya dengan bisnis besi tua bisa sekaya itu" ucap Alex.

"Kalau mereka sekaya itu kenapa Arro mau-maunya bekerja di perusahaan Securicor?" tanya Gio.

"Apa lo pernah nonton film The Departed? yang main Leonardo DiCaprio dan Matt Damon?" tanya Alex.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang