Chapter 42

105 17 58
                                    

Arro sedang menggendong Adrian, bayi laki-lakinya Alex, mantan sahabatnya sekaligus orang yang dicelakainya hingga koma berbulan-bulan. Arro memang jahat, tapi jauh di dalam lubuk hatinya masih ada kebaikan yang terkubur sejak Mama-nya meninggal.

Tidak ada orang yang terlahir sebagai orang jahat bukan? Semua terjadi karena proses kehidupan yang dijalani. Arro kecil tumbuh dengan kasih sayang Valeria. Arro dewasa tumbuh dengan didikan keras Vito. Sejak kecil, Arro telah berjanji untuk rela melakukan apa saja demi kebahagiaan mama-nya. Arro tahu betul penderitaan mama-nya selama menikah dengan papa-nya.

Valeria ingin pisah dari Vito dan membawa Arro dan Ravel bersamanya. Valeria tidak ingin putra-putranya mewarisi sikap dan tingkah laku Papanya. Vito memberikan pilihan, jika Valeria ingin berpisah dengannya. Arro atau Ravel salah satunya harus ikut Vito. Valeria tidak bisa memilih, dia menyayangi Arro dan Ravel dengan porsi yang sama.

Akhirnya Valeria rela berkorban demi putra-putranya. Dia tetap bertahan, dengan penderitaan yang lebih lama dan lebih dalam. Arro tak tega melihat Mamanya terus menderita, hampir setiap malam Valeria menangis dengan kepiluan yang mendalam. Akhirnya Arro memilih mengorbankan dirinya demi kebahagiaan Mama-nya. Dia secara sadar memilih tinggal bersama Vito Gustav agar Valeria bisa berpisah dengan Vito.

Awalnya Valeria menolak, namun setelah Arro meyakinkannya akhirnya Valeria melepaskan Arro untuk Vito. Sementara Ravel tinggal bersama Valeria. Arro yang penyayang itu lambat laun berubah menjadi sosok yang dingin dan kejam semenjak dididik keras oleh Vito Gustav.

"Kenapa kamu selalu baik sama aku Ar?" tanya Lara.

Arro tersenyum "Karena kamu mirip dengan Mama-ku.. kamu penyayang seperti Mama"

"Kamu pasti merindukannya ya?" ucap Lara.

"Selalu... Aku selalu merindukan mama" ucap Arro sambil memandangi lurus ke depan.

Kring.. kring...

Mereka dikejutkan dengan ponsel Lara yang bergetar.. Lara segera mengangkatnya. Lara terkejut mendengar kabar dari sambungan telefon.

"Ada apa Ra?" tanya Arro.

"Kita ke rumah sakit sekarang!!" ucap Lara.

***

Sementara itu Gio dan Nadya masih sibuk dengan kegiatan asyik mereka. Ponsel Gio berbunyi namun diabaikan seolah-olah tidak mendengar apa-apa.

Nadya menarik diri "Gio handphone kamu.." ucap Nadya.

"Udah gak usah dipikirin, palingan si bangsat Errio" ucap Gio lalu kembali menyambar bibir Nadya.

Nadya kembali menarik diri "Gio.. angkat saja siapa tahu penting"

"Siapa sih? Ngeselin banget.. " Gio lalu mengangkat panggilan tersebut.

Nadya memperhatikan perubahan ekspresi wajah Gio. Saat berbicara di telefon.

"Nad... Kita ke rumah sakit sekarang!" ucap Gio.

"Ada apa?" tanya Nadya.

"Sudah, Ayo kita berangkat!" ucap Gio.

Sementara itu Lara dan Arro sudah lebih dulu sampai rumah sakit. Lara membuka pintu ruang rawat suaminya. Air matanya langsung mengalir.. tak percaya melihat pemandangan di depannya.

Alex tersenyum lemah ke arah Lara. Alex telah sadar dari koma. Lara langsung menghampiri Alex dan memeluknya dengan sangat erat hingga Alex kesulitan bernafas.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang