Arro duduk di tengah perkebunan Jagung milik ayahnya. Perkebunan tempat eksekusi mati bagi para musuh dan penghianat Vito Gustav. Arro menatap kedua tangannya. Tangan yang begitu kotor bagi Arro. Entah sudah berapa banyak nyawa habis di tangannya. Terkadang dia merasa jijik pada dirinya sendiri, tapi semua yang telah lalu sudah terjadi. Tak mungkin bisa diulang atau dirubah. Arro berjanji pada dirinya sendiri bahwa ini yang terakhir.
Ron, Ed dan beberapa pembunuh bayaran datang. Mereka tidak sendirian. Mereka membawa 10 orang kepercayaan Vito Gustav ke hadapan Arro. 10 orang itu tangannya masing-masing diikat ke belakang, matanya ditutup kain hitam, dan mulutnya diplester. Ron menjejerkan 10 orang tersebut ke hadapan Arro yang dengan tenang duduk di sebuah kursi ala sutradara
Arro menatap 10 orang itu. Beberapa diantaranya adalah mentornya sejak remaja. Ya, mentor dalam tindak kejahatan. Arro menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata.
"Mama.. Maafkan Arro.. Ini yang terakhir. Arro berjanji"
Arro lalu membuka matanya. Tatapan dingin seperti Papanya. Ron menyerahkan pistol yang sudah terisi penuh pelurunya pada Arro. Arro menatap lekat pistol di genggaman tangannya. Arro sudah tidak asing dengan benda tersebut. Benda yang hampir tidak pernah ia tinggalkan ke mana pun ia pergi. Bahkan saat tidur sekalipun dia selalu menyelipkan pistol di bawah bantalnya untuk berjaga-jaga. Benda itu sudah seperti bayang-bayang yang selalu menyertainya di mana pun ia berada.
Arro lalu melangkah mendekati 10 orang yang tertunduk tidak berdaya di hadapannya. Arro melihat mereka satu per satu, memastikan bahwa 10 orang ini adalah orang yang tepat.
"Gua tau kalian semua mendengar gua... terima kasih telah menjadi mentor yang sangat baik bagi gua. Kalian lihat hasilnya sebengis apa gua sekarang. Salah satu dari kalian penah berkata bahwa untuk menghancurkan kerajaan mafia cara satu-satunya adalah harus 'menghabiskan' semuanya. Terima kasih atas petuahnya. Sekarang gua melakukannya. Gua rasa papa gua sudah tua untuk menjalankan semua bisnis kotornya. Saatnya dia untuk pensiun, begitu juga gua. Begitu juga kalian. Maaf karena gua harus menghabisi kalian, kalau kalian hidup. Kalian yang akan membunuh gua"
Arro lalu mengarahkan pistolnya ke kepala korban pertamanya.
Dor..dor..dor..dor..dor..dor..dor..dor..dor..dor
Satu per satu yang telah ditembak Arro jatuh ke dalam galian besar sedalam 2 meter. Mereka semua tidak ada yang selamat. Arro juga melempar pistolnya ke dalam galian itu.
"Bereskan yang rapi dan tanpa jejak" ucap Arro pada Ron dan Ed.
"Siap!" ucap Ed dan Ron berbarengan.
"Setelah selesai, kalian bisa menyusul gua ke rumah Franz. Reta juga ada di sana. Hanya tempat itu yang paling aman bagi kita saat ini" ucap Arro.
"Oh iya, bagaimana dengan Ravel?" tanya Ron.
"Dia aman, dia tidak terlibat sama sekali dan tidak tahu apa-apa seperti biasanya" ucap Arro lalu meninggal Ron dan Ed.
***
Franz sedang menunggu seseorang di sebuah restoran mewah. Para pengawalnya tersebar secara acak di restoran itu untuk mengantisipasi bahaya. Franz lalu berdiri saat seseorang yang dia tunggu-tunggu datang.
"Arvin..." ucap Franz pada tamunya.
"Franz..." ucap Arvin Navarro, seorang pengacara hebat yang sering memenangkan kasus-kasus besar.
"Lama tidak berjumpa... bagaimana kabarmu?" tanya Franz.
"Langsung saja, saya tidak mau membuang waktu dengan kasus yang tidak menarik" ucap Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Security Blanket
RomanceGio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematian. Gio awalnya tidak merasa takut akan apa pun sampai sebuah peristiwa tragis memaksanya mengerti ar...