Chapter 43

118 15 67
                                    

Gio berusaha menguasai dirinya, dia tidak mau terpancing. Belum saatnya Ravel tahu soal kenyataan bahwa Gio adalah kakaknya.

"Oh ini makan Mama lo? berarti dulu mama lo donatur  paling istimewa di panti asuhan tempat gua dibesarkan. Buktinya gua disuruh ke sini sama ibu panti untuk menabur bunga sebagai tanpa penghormatan" ucap Gio dengan nada setenang mungkin.

Ravel berusaha mencerna perkataan Gio. Ravel itu orang yang cerdas, dia tidak mudah dibohongi. Ravel menatap Gio dengan seksama, mencari kebenaran dari kata-kata Gio.

"Eumm... kalau lo gak percaya, lo bisa hubungi Bu Rini.. pemilik yayasan panti tempat gua dibesarkan, dia yang menyuruhku ke sini" ucap Gio berusaha mengalihkan perhatian Ravel.

Ravel masih menatap tajam Gio.

"Lo udah selesai kan? cepat pergi!!!" usir Ravel.

"Gak perlu lo usir juga gua akan pergi" ucap Gio lalu pergi meninggalkan Ravel.

Setelah berjalan cukup jauh, Gio memperhatikan Ravel dari kejauhan. Gio melihat Ravel mengelus nisan Mamanya. Beruntungnya Ravel yang mendapatkan kasih sayang Mamanya secara utuh. Ravel sangat menyayangi Mamanya.

Di tempat lain Arro sedang menemui Franz, saingan bisnis ayahnya. Mereka bertemu di sebuah villa tersembunyi milik Franz.

"Arro... saya tidak menyangka kau menemui saya.. Apa ini bentuk penyerahan diri? seperti kesatria yang kalah dalam berperang?" ucap Franz lalu menghisap cerutunya.

Arro tertawa hambar "Saya tidak sepengecut itu tuan Franz yang terhormat.. saya ke sini karena ingin menawarkan sesuatu yang menarik untuk anda"

Franz mengerutkan keningnya "sesuatu yang menarik? hem.. tidak ada hal yang membuat saya tertarik selain melihat Vito Gustav hancur" 

Arro tersenyum licik "Karena itu saya ke sini" 

"Apa? bisa kau jelaskan pada saya apa yang kau maksud?" Franz sungguh penasaran.

"Saya bisa menghancurkan Vito Gustav dari dalam, kerja saya bersih.. anda tidak usah khawatir.." ucap Arro.

Franz menatap Arro tak percaya "Arro, Vito itu Papa kamu"

"Iya saya tahu.. memangnya kenapa? Bukankah sudah hal yang lumrah jika anak menghianati Papa-nya dalam urusan kekuasaan? Ini sudah terjadi sejak zaman sebelum Masehi bukan?" ucap Arro dengan santai.

Franz langsung tertawa puas "Saya benar-benar tidak menyangka.. ternyata kau jauh lebih licik dari Vito. Papa-mu itu benar-benar membesarkanmu dengan baik"

Arro tersenyum licik "Papa harus merasakan sendiri apa yang sudah dia tanam pada diri saya semuanya berbalik padanya"

"Selain itu, ada alasan lain? Kenapa kamu mau menghancurkan Papa-mu sendiri" tanya Franz.

Arro tersenyum "Itu urusan saya. Fokus saja pada kesepakatan antara anda dan saya"

"Ya ya... Jadi kau mau imbalan apa?" tanya Franz to the point.

"Papa saya jangan sampai mati, cukup jembloskan dia ke penjara. Kalau papa saya mati di tangan anda, saya akan berbalik menghancurkan anda. Bisa dimengerti sampai sini?" tanya Arro.

"Baiklah.. bisa saya terima syarat itu.. lalu apa lagi?" tanya Franz.

"Saya ingin perkebunan tembakau dan pabrik Ceruti milik anda dan istana mewah anda di dekat perkebunan. Itu saja.. sebanding bukan dengan apa yang akan anda kuasai jika Papa saya hancur?" ucap Arro.

Franz kembali tertawa "Arro.. kau benar-benar licik, kau minta salah satu aset terbesar saya... Ya ya tapi baiklah.. saya akan berikan apa yang kau mau"

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang