Chapter 27

127 21 24
                                    

Gio mendekati Alex. Tangannya gemetar saat meraih tubuh Alex. Ia menjadikan tangannya sebagai bantalan kepala Alex. Gio tak perduli dengan tangannya yang basah dengan darah Alex yang terus mengalir dari kepalanya.

Alex tetap tak bergeming.

"Alex...bangun... Gua mau meluk lo tapi abis ini lo bangun ya" ucap Gio dengan suara lirih.

Danen meneteskan air matanya saat menyaksikan hal itu.

Gio langsung memeluk Alex " Bangun Lex..." air mata begitu saja menetes dari matanya. Rasa itu begitu asing bagi Gio. Sepanjang hidupnya Gio tak pernah takut dengan rasa kehilangan, karena dia sebatang kara sejak lahir. Tak punya siapa pun selain dirinya sendiri. Kini.. di depan Alex yang tak berdaya, Gio merasakan takut yang luar biasa. Takut kehilangan Kakak, Sahabat, Mentor, dan penyelamat hidupnya.

Gio menggoyangkan tubuh Alex berkali-kali namun tetap saja Alex tak bergeming. Air mata semakin deras berjatuhan dari matanya.

"Gio.. Alex gak akan bangun" ucap Danen.

"TUTUP MULUT LO, CEPAT CARI BANTUAN!!!!!" Gio membentak Danen dengan lantang.

Danen menghapus air matanya dengan kasar lalu berlari mencari bantuan.

"Alex... Bangun.. gimana Kak Lara kalau gak ada lo? gimana anak lo? Bahkan lo belum liat dia lahir ke dunia, seperti yang lo bilang.. dia pasti ganteng kaya lo.. gimana Nadya tanpa lo? Gimana gua tanpa lo? Bangun Alex... Bangun... Gua mohon bangun" Alex masih saja menggoyangkan tubuh Alex.. dan untuk kesekian kalinya Alex tetap tidak bergeming.

Tidak lama kemudian, Pak Prima, Danen, Errio dan beberapa petugas medis datang. Alex lalu dipindahkan ke tandu. Kemudian segera dibawa ke Mobil ambulan. Gio ikut ke dalam Mobil ambulance, tak mau membiarkan Alex sendirian.

Menurut keterangan petugas medis, Alex masih hidup namun dengan keadaan yang sangat kritis. Mungkin harapan hidupnya hanya 10%.

Setelah sampai di rumah sakit Alex segera ditangani dokter. Karena keadaannya yang sangat gawat, Alex harus segera dioperasi di bagian kepala. Tidak hanya pendarahan luar, Alex juga mengalami pendarahan dalam di kepalanya dan itu sangat berbahaya. Tipis kemungkinan Alex akan selamat.

Nessa baru sampai rumah sakit, dia langsung bergegas menuju ruang tindakan Alex. Nessa bertemu Gio dengan tangan dan baju berlumuran darah.

"Gio....." ucap Nessa.

"Ini darah Alex....Nes tolong segera urus asuransinya.. Alex harus segera mendapatkan tindakan" ucap Gio dengan nada memohon.

Nessa mengangguk dan langsung mengurus asuransi Alex.

Gio terduduk lemas di lantai rumah sakit sambil menunggu di depan ruang tindakan "Harusnya gua nemenin lo Lex..harusnya gua bisa nyelametin lo.. selama ini lo yang selalu nyelametin gua.. Lex... gua belum bisa ngebalas  semua kenaikan lo.. bahkan gua belum bisa jadi adik ipar yang lo harapkan" hiks... Gio kembali menangis. Dia tak perduli jika orang lain menganggapnya laki-laki lemah.

Setelah selesai mengurus administrasi Asurasi Alex, Nessa lalu menghampiri Gio. Melihat keadaan Gio yang sangat kacau, Nessa pun tak kuasa ikut menangis. Dia tak bisa membayangkan bagaimana jika Kak Lara mengetahui keadaan Alex?

"Gio.. kita berdoa ya semoga Alex baik-baik saja" ucap Nessa mencoba menenangkan Gio. Air mata juga turun deras dari mata Nessa.

"Nes.. tolong jangan bilang ke Kak Lara atau ke orang rumah tentang keadaan Alex. Kumohon tolong untuk saat ini jangan sampai mereka tahu" ucap Gio.

"Keluarganya berhak tahu Gio.." ucap Nessa.

"Enggak!!! Biar aku yang tanggung jawab.. katakan saja Alex tugas ke luar kota atau apa pun itu. Tolong bilang ke Pak Prima. Biar aku yang bertanggung jawab soal Alex" ucap Alex dengan tegas, kali ini dia tidak mau dibantah.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang