Mobil Range Rover Hitam milik Ravel sampai di depan sebuah rumah mewah bergaya klasik yang didominasi warna putih. Dia memarkirkan mobilnya di halaman rumah itu. Ravel turun dari Mobil lalu masuk ke dalam rumah.
Ravel naik ke tangga melingkar berwarna silver hingga sampai di sebuah pintu kamar. Ravel mengetuknya beberapa kali, namun tak ada jawaban. Ravel lalu membuka pintu dan mendapati sosok perempuan yang sedang termenung menghadap jendela.
Ravel menghampirinya "Ka.."
Marinka berbalik, luka lebam terlihat jelas di wajahnya. Matanya pun sembab.
"Rav...." Marinka langsung memeluk Ravel. Erat sekali seolah tak ingin melepasnya.
Ravel membalas pelukan Marinka. Membiarkan kemejanya basah karena Marinka menangis di pelukannya. Setelah mulai tenang, Ravel mengajaknya duduk di sofa dan mengobrol.
"Papa?" tanya Ravel.
Marinka mengangguk.
Jika 'gilanya' kumat, Igor Garcia, papanya Marinka sering melampiaskan kemarahannya kepada orang rumah. Dulu Mamanya yang sering jadi sasaran, namun setelah berpisah, akhirnya Marinka yang sering jadi sasaran.
"Kamu jangan tinggal di sini ya. Mau aku sewakan apartemen?" tawar Ravel.
"Kamu kan sudah tidak dibiayai oleh Om Vito lagi, memangnya kamu punya uang?" tanya Marinka.
Ravel terkekeh "Jangan meremehkan aku.. magangku itu digaji loh. Aku juga masih punya Rp800.000.000 hasil dari penjualan rumah Mama"
Marinka tersenyum "Gak usah Rav. Papa cuma punya aku, kalau aku meninggalkannya, pasti Papa akan lebih kacau"
"Kamu yakin kuat?" tanya Ravel.
Marinka mengangguk "Asalkan kamu gak ninggalin aku Rav.. Aku gak masalah kalau kamu mau mengejar Nadya-mu kembali, yang penting kamu tetap punya waktu untuk aku"
"Aku cuma sayang Nadya Ka.. Aku gak mau menyakiti kamu. Hubungan kita gak mungkin. Kamu cantik, kamu bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari aku"
"Tapi aku hanya mau kamu Rav.. " ucap Marinka dengan mata nanar.
"Ka.. kita sudah putus" ucap Ravel.
"Aku gak masalah menjalani hubungan yang seperti ini Rav. Kamu kembali sama Nadya, tapi jangan lupakan aku. Bagi sedikit perhatian kamu untuk aku" ucap Marinka.
"Sebaiknya aku obati dulu luka kamu ya.. habis itu kamu tidur" ucap Ravel.
"Kamu temani aku ya" pinta Marinka.
"Iya.. aku tidur di sofa, kamu di kasur. Besok subuh jangan lupa bangunkan. Aku harus ke kantor" ucap Ravel.
"Siap... Terima Kasih Ravel sayang" ucap Marinka antusias.
***
Keesokan harinya, Gio tidak menghubungi Nadya kecuali saat sudah sampai Menara Piaza. Gio hanya mengabari Nadya kalau dia sudah sampai tempat parkir
Nadya pun segera turun dari lantai 10 dan bergegas menghampiri Gio.
"Udah lama nunggu?" tanya Nadya.
"Aku gak bisa lama-lama, ayo segera Naik!" ucap Gio dengan nada datar.
Deg "Gak biasanya Gio sedingin ini"
Nadia sudah masuk mobil. Bahkan Gio tidak menatapnya dengan tatapan hangat seperti biasanya.
"Kamu lagi banyak kerjaan ya sayang?" tanya Nadya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Security Blanket
RomanceGio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematian. Gio awalnya tidak merasa takut akan apa pun sampai sebuah peristiwa tragis memaksanya mengerti ar...