Ravel dan Nadya mematung sesaat karena tertangkap basah oleh Gio.
"Sudah mesra-mesraan-nya?" Gio mengulangi kata-katanya.
Ravel lalu melepaskan pelukannya dari Nadya dan menjauh dari Nadya.
"Kepo banget sih lo.. kan sudah gua bilang nanti Nadya gua balikin setelah selesai kencan. Eh lo aja yang kelewat Kepo, kelewat insecure.. sekarang lo kesel kan? Salah lo sendiri" ucap Ravel dengan santai.
Gio masih terdiam, dia benar-benar menahan amarahnya.
"Apa? Lo mau marah? Mau ngehajar gua di depan calon istri lo? Silahkan.. sini gua gak akan balas" tantang Ravel.
Gio berusaha mengendalikan amarahnya. Dia tidak boleh terpancing.
"Nadya pulang ke hotel sama gua. Lo boleh duluan" ucap Gio dengan nada dingin.
"Gak masalah... Nad.. aku duluan yaaa.. kalau dia kasarin kamu, bilang aku aja" ucap Ravel lalu pergi begitu saja dengan santai.
Kini tinggalah Gio dan Nadya yang saling berhadapan. Mereka saling diam untuk beberapa saat.
"Jadi kamu masih cinta sama Ravel?" tanya Gio.
"Iya.. tapi jelas cinta yang berbeda dengan cinta yang aku miliki untuk kamu" ucap Nadya.
"Tetap saja kamu masih cinta sama dia" ucap Gio.
"Gio...." Nadya lalu meraih kedua tangan Gio "Siapa lamarannya yang aku terima?"
"Aku..." ucap Gio.
"Ya sudah, apa yang perlu kamu risaukan lagi?" ucap Nadya.
"Aku takut kamu berubah pikiran.. apalagi dengan keadaanku yang kembali berjuang seperti dulu, bahkan untuk kuliah saja aku meminjam uang kepada Kak Arro" ucap Gio.
Nadya langsung memeluk Gio "Kita berjuang bersama ya.. aku tidak masalah kerja apa pun di sini untuk membantu memenuhi kebutuhan kita sehari-sehari selama kamu kuliah di sini" ucap Nadya.
Gio langsung mengecup puncak kepala Nadya berkali-kali "Maafkan aku ya Nad.. aku berjanji tidak akan membuat kamu susah selama aku kuliah. Aku juga akan mencari pekerjaan sampingan"
"Kita berjuang bersama ya" ucap Nadya sambil menatap lekat mata Gio.
Gio mengangguk lalu mendaratkan bibirnya ke bibir Nadya.
Mereka saling pandang dan tersenyum setelah ciuman manis mereka.
"Yuk kembali ke hotel, besok kita pulang ke Indonesia" ucap Gio.
"Iyaa.. kamu gak marah lagi kan? Calon suami" goda Nadya.
"Enggak dong, calon istri" balas Gio.
Mereka pun terkekeh, lalu berjalan dengan tangan bertautan menuju hotel.
******
Pagi harinya Arro, Ravel, Gio, Nadya, dan Retta sarapan bersama. Gio dan Ravel masih saling acuh karena kejadian kemarin.
"Kak.. kira-kira sampai kapan di Singapore?" Gio memecahkan keheningan.
"Sampai vonis Papa Vito dijatuhkan" ucap Arro.
"Eummm boleh tidak aku minta tolong" ucap Gio.
"Apa? Katakan" ucap Arro.
"Tolong dampingi aku untuk melamar Nadya secara resmi. Kalian keluargaku, juga nenek Rufina. Jika Papaku tidak memberikan restunya, setidaknya keluarga dari pihak mama memberikan restunya. Alex tidak mau menerimaku tanpa restu keluarga" ucap Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Security Blanket
RomanceGio Camaro, seorang yatim piatu yang direkrut menjadi pasukan pengaman pengiriman uang tunai, tak pernah menyangka jika hidupnya dekat dengan kematian. Gio awalnya tidak merasa takut akan apa pun sampai sebuah peristiwa tragis memaksanya mengerti ar...