Chapter 9

170 25 108
                                    

Taxi yang dinaiki Gio dan Nadya sudah dekat dengan rumah keluarga Fernand, Nadya masih tidur dengan posisi memeluk Gio. Perlahan Gio membangunkan Nadya.

"Nad.. bangun.. sudah mau sampai rumah" ucap Gio dengan suara pelan.

Nadya lalu membuka matanya.. Ketika matanya terbuka sempurna, Nadya terkejut karena wajah Gio begitu dekat dengan wajahnya. Nadya berusaha mencerna apa yang terjadi. Apakah Gio yang memeluknya? oh tidak ternyata Nadya yang memeluk Gio. Setelah meyadari apa yang ia lakukan, Nadya buru-buru melepaskan pelukannya dan menjauh dari Gio.

"Maaf.." ucap Nadya yang sungguh merasa malu pada Gio.

"Gak apa-apa, kamu kecapean kayanya sampai tidur nyenyak banget. Aku gak tega bangunin kamu. Maaf ya Nad, harusnya aku gak biarin kamu ikut bersih-bersih apartemen aku" ucap Gio.

"Kakakku memang protektif banget, tapi aku bukan anak manja Gio jadi bantu kamu bersih-bersih bukan sesuatu yang berat bagiku" ucap Nadya.

Gio dan Nadya saling pandang sambil tersenyum..

"Sudah sampai di alamat tujuan" ucap sopir yang sukses mengalihkan perhatian Gio dan Nadya.

Gio mengantar Nadya sampai pintu pagar "Maaf ya Nad aku gak bisa mampir, aku harus ke suatu tempat habis ini.. Salam untuk tante Maira ya" ucap Gio.

"Iyaa... terima kasih sudah diatar pulang.. hat-hati di jalan ya" ucap Nadya.

Gio lalu kembali masuk ke dalam Taxi. Nadya memandangi Taxi yang dinaiki Gio hingga menghilang dari pandangannya.

"Pacarnya Mas?" ucap sopir Taxi yang sukses membuyarkan lamunan Gio.

"Belum Pak, masih usaha.. doain ya Pak" ucap Gio.

"Udah nyatain perasaan belum mas?" ucap Pak Sopir

"Masih punya orang Pak" ucap Gio.

"Neng cantik itu masih punya pacar???" tanya Pak Sopir.

"Iya Pak.. temenan saja dulu. Saya gak suka merebut yang bukan milik saya Pak" ucap Gio.

"Bagus itu mas.. berdoa saja siapa tahu pacarnya neng cantik itu cuma jagain jodohnya mas" ucap pak sopir.

"Amin.. Bapak bisa aja" ucap Gio sambil tersenyum.

Taxi itu berhenti di sebuah bangunan tua yang memiliki halaman yang cukup luas. Gio turun dari Taxi. Dia lalu melangkah masuk. Kilasan masa lalu menari-nari di kepalanya. Mengingat masa kecilnya yang ia habiskan di panti asuhan ini. Beberapa calon orang tua berusaha mengadopsinya, mungkin karena dia memang anak yang tampan jadi banyak yang tertarik mengadopsinya, namun semuanya batal karena setiap dipertemukan dengan calon orang tua angkatnya Gio selalu berpura-pura nakal. Gio tersenyum mengingat kejadian itu. Teman-teman masa kecilnya yang diadopsi hidupnya mungkin lebih baik. Mereka mendapatkan pendidikan yang baik, kuliah, hingga bekerja di perusahaan-perusahaan bonafit.

Gio tidak memilih cara itu, walau harus bekerja sangat keras, dia ingin semua pencapaian hidupnya adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Kalau pun suatu saat dia punya keluarga, itu adalah keluarga yang ia bentuk sendiri bersama istrinya kelak. Gio sudah terlanjur kecewa dengan sosok orang tua, karena orang tua kandungannya sendiri saja tak menginginkannya. Gio sulit mempercayai cinta dan kasih sayang yang tulus dari orang tua angkat, baginya itu hanya ilusi. Gio takut kecewa jika ekspektasinya ternyata salah. Karena itu Gio memilih jalannya sendiri, sebatang kara namun selalu berusaha meciptakan kebahagiaanya sendiri.

Gio mengisi buku tamu lalu dipersilahkan masuk untuk menemui Ibu Rini, kepala panti.

"Ibu Rini.. masih ingat sama aku?" ucap Gio sambil tersenyum.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang