Chapter 4

211 27 103
                                    

Ravel menunggu Nadya di kursi depan KOMPA (Koperasi Mahasiswa). Ravel tersenyum melihat Nadya yang berjalan cepat dari kejauhan untuk menghampirinya. 

"Sini biar aku yang bawain Tas Laptopnya" ucap Ravel.

Mereka lalu berjalan kaki beriringan menuju perpustakaan pusat. Sebenarnya letaknya agak jauh dari Fakultas FISIP. Mereka harus berjalan melewati FASILKOM (Fakultas Ilmu Komputer), dan Fakultas Hukum untuk sampai di Perpustakaan Pusat. Alih-alih naik kendaraan, mereka malah jalan kaki. Mereka lebih suka jalan kaki bersama menelusuri trotoar yang panjang menuju perpustakaan pusat.

Ravel dan Nadya selama 2 tahun menjalani hubungan yang bahagia. Mereka merasa nyaman satu sama lain. Tak pernah ada pertengkaran yang hebat diantara mereka. Ravel juga selalu berusaha bersikap sopan pada Mama Maira dan Kak Alex, namun entah kenapa Kak Alex tak pernah menyukai Ravel. Nadya berulang kali meyakinkan Kak Alex bahwa Ravel adalah laki-laki yang baik, namun sikap Kak Alex tak banyak berubah sejak dulu. Selalu dingin saat Ravel berkunjung ke rumah.

"Kamu jadi dijemput sama anak buah Kak Alex?" tanya Ravel.

"Jadi... aku gak mau dia kena masalah dari Kak Alex. Kamu tahu sendiri kan Kak Alex kaya gimana?" ucap Nadya.

Ravel meraih tangan kiri Nadya yang bebas dan menggenggamnya. Mereka berjalan kaki bersama dengan tangan bertautan.

"Padahal aku bisa anter jemput kamu, tapi spertinya kakakmu masih tidak percaya padaku. Dia masih tidak menyukaiku" ucap Ravel murung.

"Sabar ya Rav, suatu saat kakak aku pasti bisa nerima kamu. Nerima hubungan kita" ucap Nadya berusaha membesarkan hati kekasihnya.

"Anak buah Kak Alex ganteng gak?" tanya Ravel.

Nadya tersenyum "Sejak kapan Ravel Gustav cemburuan?"

"Pengen tahu aja, memangnya gak boleh? kamu bilang kan sama dia kalau kamu sudah punya pacar?" ucap Ravel yang mulai merasa insecure.

"Iya.. aku bilang kok sam Gio kalau aku udah punya pacar" ucap Nadya.

"Oh.. jadi namanya Gio.. seumuran sama Kak Alex?" selidik Ravel.

"Enggak, dia di atas kita satu tahun. Gio sering disuruh-suruh sama Kak Alex, kasihan deh" ucap Nadya.

"Aku boleh kenalan sama orangnya gak?" tanya Ravel.

"Ya boleh aja, nanti sore kan dia jemput aku" ucap Nadya.

"Yaudah aku temenin kamu sampai dia dateng, biar aku tahu si Gio itu" ucap Ravel.

Mereka akhirnya sampai di perpus pusat. Mereka naik ke lantai 3, mencari buku-buku yang dibutuhkan untuk tugas kuliah Nadya dan Ravel.

Ravel membantu Nadya dalam membuat makalah tentang Perkembangan Teknologi Komunikasi. Ravel memang bisa dikatakan mahasiswa berprestasi. IPK-nya selalu berkisar 3.70-3.80. Walau dia sering mengurus bisnis ayahnya di luar kota, prestasi Ravel tak pernah terganggu. Ravel memang cerdas dan rendah hati, itulah mengapa Nadya jatuh cinta padanya. Selain itu, parasnya juga tampan. Banyak perempuan yang mengejar Ravel, tapi Ravel hanya melirik pada satu perempuan, yaitu Nadya. 

"Terima kasih ya sayang kamu selalu bantuin tugas-tugas kuliah aku, padahal kamu sendiri punya tugas, eh malah bantuin tugas aku dulu" ucap Nadya.

"Gak apa-apa, kamu gak mau ngecewain Kak Alex kan? Aku akan bantu kamu sebisa aku, selama materinya aku pahami, aku siap ngajarin kamu" ucap Ravel.

"Aduuhhh... beruntung banget ya aku punya pacar kaya kamu, udah pinter, baik, pengertian, ganteng lagi" ucap Nadya lalu bergelayut manja di lengang Ravel.

My Security BlanketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang