41 Hari Pernikahan (2)

1.5K 42 11
                                    

.
.

"Sa, otaknya kambing banyak setannya. Sama gue aja yuk, ntar gue bikinin kolam renang bentuk baskom buat Abidzar"

"Gamau, ntar anak aku di ajak gelantungan lagi" jawa Khalisa.

Fiian tertawa sambil mengacungkan jempol ke arah istrinya.

Vero mendengus. "Cil, awas lu kalo nyusahin gue. Gue pajang di tembok lu"

Revan baru mau membuka mulutnya, namun telah di serobot oleh Vero dengan tidak sopannya.

"Iya tau anak lo. Gausah bilang" Jawab Vero sambil melirik Revan.

Separuh acara sudah mulai berjalan namun para pria yang berada di sisi kanan ini malah sedari tadi ribut dengan urusannya sendiri.

Apalagi Revan, adiknya menikah malah asyik mendengar bacotan Vero dkk yang terkenal sableng dari SMA.

"Lu anak siapa sih? Penasaran" tanya Revan.

"Anaknya Jendral monyet" Bukan Vero yang menjawab tapi Bryan yang baru saja datang.

"Onta, gue bilang bapak gue lu" kesal Vero.

"Jadi dia anaknya Jendral Monyet?" tanya Revan sambil menahan tawa.

"Lu nanya bapak gue? Noh yang lagi ngebacot ama bapak lo" Jawab Vero sambil menunjuk Azka yang sedang berbicara dengan tuan rumah.

Revan mengikuti arah yabg di tunjuk oleh Vero. Matanya terbelalak. Ia menoleh lagi ke arah Vero dengan tatapan tak percaya.

"Serius?" tanyanya penuh selidik tak percaya.

"Mau ambil darah gue? Nih gigit leher gue" Jawab Vero sambil mengarahkan lehernya ke arah Revan.

"Ih najis" umpatnya.

Vero menunjuk Revan. "Ehh lu yang ngajarin anak lu yang iya iya tuh, bukan gue"

Saat mereka sedang berdebat. Suara yang begitu lembut menghampiri mereka.

"Emm hai"

"Hai cantik" jawab Vero dengan senyuman manisnya.

"Efek jomblo kelamaan. Jadi ada yang ngedeketin dikit langsung semangat" cibir Bryan.

Vero menendang kaki Bryan membuat sang empunya mengumpat. "Bacot" ucap Vero.

"Bini gue ini" Revan langsung menarik pinggang sang istri. Seakan melindungi nya dari bahaya buaya yang ada di depannya.

Vwro menatap nya dengan jengah. "Dih sok iye lu.. Gue juga ga suka punya orang. Apalagi emaknya si bocil" Dia berkata dengan sebal. Lalu teringat ucapan Renan. "Oh iya cil, ayuklah. Perut gue udah ga kuat nahan liat bokap lu" ajaknya.

Dengan riang Renan menggandeng tangan Vero. Namun sebelum itu ia pamit dengan sang mama dan papa.

"Mami, Renan mau pergi dulu sama Om Vero yahh.. Nggak jauh kok" pamitnya.

Maria, istri Revan. Ia menoleh ke arah suaminya untuk meminta jawaban. Bagaimanapun ia benar-benar sama sekali tak mengenal lelaki yang bersama anaknya ini.

Tapi mengapa begitu akrab?

Revan membalasnya hanya dengan anggukan kepala. Intinya ia mengizinkan. Lagi pula mendengar interaksi keduanya seperti bukan pertama kali bertemu.

Vero dan Renan sendiri sudah bertemu sekita hanya 3 kali. Itu pun kebetulan.

Melihat suaminya yang memberi izin, Maria tersenyum kepada sang anak. "Iya sayang, jangan terlalu jauh" ucapnya sambil mengusap lembut rambut Renan.

Love You Captain |On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang