Wohohoooo...
Tarik mangggg...
Lanjutttt....!!!!
Ah mantap!!
.
.
.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
.
.
."Siapa yang milih ide bodoh ini?"
Vero benar-benar menyesali idenya yang buruk.
"Eomma!!" pekiknya ketika busway berhenti dengan tiba-tiba membuat tubuhnya hendak jatuh kesamping. Vero memang berdiri di depan pintu. Untung saja ia memegang pegangan di atas.
Melihat seorang wanita di sampingnya. Vero bertanya. "Mbak, maaf kira kira busnya berhenti di halte *** kapan ya?" Masih jauh nggak mbak?"
perempuan itu menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu.
Tak cukup sampai disitu. Vero beralih memutar tubuhnya melihat seorang lelaki di belakangnya. "Mas mas. Kira kira halte *** masih jauh nggak mas?"
lelaki itu menjawab. "Wah masih jauh mas. kira-kira masih sekitar setengah jam lagi"
Vero melototkan matanya. "Selama itu mas?"
Fiian benar-benar tidak habis pikir. Bisa-bisanya Vero mempermalukan dirinya sendiri.
Vero memandang Fiian yang ada di sebelahnya.
"Apa?" tanya Fiian malas.
"Bing, lu denger gak yang di bilang mas mas tadi?"
Fiian mengangguk. Malas menanggapi Vero.
"Gue ga kuat, mbek. Turun yuk, naik taksi" Ucapnya.
"Ide lo memang selalu menyesatkan" Kesal Fiian. Vero hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
.
.
🥀🥀🥀
.
.Hari terus berganti, hari pernikahan pun semakin cepat. Semakin cepat pula Vero harus melupakan istri orang.
Sepanjang perjalanan menuju gedung pernikahan Aldo dan Clara. Fiian dan istrinya tak pernah melepas tautan tangan mereka.
Vero melirik kedua pasutri itu yang duduk di jok belakang mobilnya melalui kaca tengah.
"Apa kalian melihat ada gue disini?" Vero yang menyaksikan Fiian yang menciumi punggung tangan istrinya berkali-kali dari kaca depan membuatnya benar-benar merasa tidak dianggap.
Fiian malas mendengar ocehan Vero. "Tutup mata lu aja nyet, jangan liat kebelakang"
Vero mencibir. "Kalau gue tutup mata, gue pastiin mobil ini gak akan sampe di gedung pernikahan. Tapi akan sampe di rumah sakit" serunya sedikit kesal.
Fiian mendengus kesal mendengar gerutuan Vero. "Liat ujung noh, si Onta udah nongol belom?"
Perlu kalian tahu bahwa dari dulu mereka bertiga memiliki nama panggilan akrab. Pastinya setelah Aldo dan Sean misah.
Mereka memang sudah terbiasa memanggil dengan panggilan seperti itu. Kalau waras ya panggil nama. Kalo lagi nggak waras pasti manggilnya serabutan. Vero mendapatkan julukan Monyet, sedangkan Bryan mendapat julukan Onta. Sedangkan Fiian, dulu mendapatkan julukan Kambing.
"Ga ada mbek, coba deh lu telpon. Gedek gue ama Onta" kesal Vero.
"Ih kalian lucu deh, punya panggilan masing-masing" celetuk istri Fiian di sertai tawa kecil.
Sambil memainkan rambut sang istri, Fiian menjawab. "Liat aja mukanya. Mirip monyet. Makanya di panggil monyet"
Vero melirik di kaca tengah. "Lu yang kek kambing. Mandi 10 kali sehari juga bau tetep sama. Apek" ucapnya tak ada akhlak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Captain |On Going
Roman pour AdolescentsBisa nggak masa lalu itu terikat? Apakah mungkin seorang yang kita temui pertama kali akan menjadi yang terakhir untuk kita? Apakah tidak ada yang lebih berhak selain cinta pertama? Cinta pertama bisa bertahan sampai akhir Cinta pertama juga bisa ti...