Di kamar presidensial yang mewah.
Meja kopinya penuh dengan botol anggur kosong.
Pakaian yang berantakan robek dan terlempar ke sofa mahal, di lantai ...
Nafas hangat seorang pria memenuhi ruang yang sangat besar.
Orang-orang di tempat tidur perlahan-lahan bangun di atas tempat tidur besar bergaya Eropa.
Bryan duduk di atas ranjang sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Ia melirik ke sebelah tempat tidur nya. Terlihat kulit seputih giok terbaring dengan lemah di sisinya.
Jejak pandangan jijik menyapu wanita di sebelahnya. Mereka berdua sama-sama kotor. Tanpa menunggu lagi, Bryan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa menit, Bryan berdiri di depan cermin, perlahan mengenakan pakaiannya.
Sinar matahari menerpa wajahnya, profil sempurna wajahnya menunjukkan warna porselen yang mengkilap, seperti batu berukir.
Jari-jarinya yang ramping diikat dengan kancing baju, dan gerakannya lambat dan elegan, dan semua gerakannya mahal.
Terdengar suara gerakan di atas tempat tidur. Perlahan suara yang lembut dan centil terdengar.
"Apakah kamu pergi sekarang?" tanya seorang wanita yang berada di atas ranjang.
Mendengar ini, Bryan berhenti, berbalik perlahan, memandang dengan acuh tak acuh pada jam tangan mewah di pergelangan tangannya, bibir tipisnya terbuka sedikit, "Aku meninggalkan cek untukmu"
Wanita memang seperti itu, tidak bisa lepas dari uang. Setidaknya Bryan cukup tau tentang ini. Pada dasarnya semua wanita memang sama. Murah!!
Turun melalui lift dan melangkah keluar. Sebelum mencapai pintu, sebuah wajah familiar masuk ke dalam pandangannya.
Wanita ini!!
Kenapa dia disini?
Graxia hendak masuk ke dalam lift, penampilannya yang anggun mampu menarik perhatian orang di sekitarnya. Termasuk Bryan yang baru saja keluar dari lift dan hendak menuju pintu keluar.
Tanpa di duga, saat pintu lift hampir tertutup, sebuah kaki masuk ke dalamnya dan pintu lift terbuka.
Sepasang kaki perlahan masuk ke dalam lift. Graxia yang memang sedang menunduk untuk mencari ponselnya, hingga tidak mengetahui suasana hening di sekitarnya.
Beberapa orang menarik nafasnya dengan hati-hati. Aura yang di pancarkan pria yang baru saja masuk ini memang mencekik mereka.
Bryan berjalan perlahan menerobos orang-orang di lift hingga sampai di barisan paling belakang pojok tepat di samping Graxia.
Pintu lift perlahan tertutup. Berdiri di samping agak ke belakang Graxia. Bryan menahan napas. Aroma wanita ini terlalu kuat. Bukan aroma parfum. Tapi aroma tubuh yang sangat manis dan segar.
Bryan hampir kehilangan kendali.
Bahkan saat ia masuk lift entah kenapa merasa aneh. Untuk apa dia masuk lift?
Melihat sibuknya wanita di depannya membuat Bryan mendesah lelah.
Mengulurkan tangannya untuk menarik pinggang wanita itu hingga menempel ke tubuhnya.
Graxia tersentak, sebelum ia bereaksi, sapuan nafas hangat menyembur di telinganya. Bahkan hampir menempel di lehernya. Perlahan suara elegan terdengar di telinganya. "Apa yang sebenarnya kamu cari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Captain |On Going
Ficção AdolescenteBisa nggak masa lalu itu terikat? Apakah mungkin seorang yang kita temui pertama kali akan menjadi yang terakhir untuk kita? Apakah tidak ada yang lebih berhak selain cinta pertama? Cinta pertama bisa bertahan sampai akhir Cinta pertama juga bisa ti...