"Bahagia itu ketika kita bersama dengan orang terdekat kita. Kebahagiaan itu bukan hanya bersumber dari pacar ataupun yang lainnya. Melainkan, kebahagiaanitu berasal dari kehangatan keluarga. Meski sederhana, tapi mampu membuat kita sadar arti bahagia yang sesungguhnya"
-Clara-
*******
Ketika Revan berlari sambil menggendong Clara di dekapannya, semua mata tertuju pada mereka, terutama Ratih.
Revan berjalan dengan cepat tanpa menghiraukan ucapan-ucapan para siswa-siswi yang melihatnya.
"Cihh. Siapa lagi tuh yang kena. Mana cowoknya ganteng banget lagi" ucap Ratih.
"Iya ganteng banget ya ampun. Gue pengen deh di gendong juga" ucap Cindy, teman Ratih.
Percakapan dua siswi itu mampu memelankan langkah Revan, hingga suatu kata yang sangat tidak pantas di dengar, membuatnya menghentikan langkahnya.
"Dasar jalang. Semua cowok di embat juga" ucapan Ratih.
Revan menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya menghampiri Ratih yang saat ini wajahnya memucat.
"Apa yang barusan lo bilang?" tanya Revan dengan nada menusuk.
Ratih terlihat gugup dan takut. Ia harus mencari alasan. "Aku nggak bicara apapun kok kak, kakak salah dengar kali" ucap Ratih semanis mungkin, padahal Ratih biasanya tak semanis itu.
"Untung aja lo ganteng, jadi nggak gue maki-maki" batin Ratih.
"Saya mendengar setiap ucapan kamu, dan kamu tadi menyebut apa? Jalang?" tanya Revan masih dengan nada dan tatapannya yang tajam.
"Nggak kok aku nggak ngomong apa-apa" elak Ratih lagi.
Lalu, dengan satu langkah. Devan berdiri di depan Ratih yang masing menggendong Clara dengan mata yang mulai memerah menahan emosi.
Ratih terlihat sangat pucat. Tubuhnya juga bergetar menahan takut. Kilat mata itu seperti menusuk ke dalam jantungnya.
"Nih cowok tatapannya serem amat ya" batin Ratih.
Tiba-tiba Dioz datang menghampiri mereka.
"Eh eh ada apa ini?" tanya Dioz kepada semuanya, namun setelah ia melihat Clara di dalam dekapan seorang cowok, ia bertanya kepada cowok itu.
"Clara!! Siapa lo? Dan itu Clara kenapa?" tanya Dioz kepada Revan.
Revan melirik adiknya sebentar. Lalu ingin menjawab pertanyaan Dioz, namun di sela oleh Ratih.
"Dioz, sayang!! Kamu kok malah nanyain adek kelas itu, sih?" rengek Ratih dengan bergelayut manja di lengan Dioz.
Dioz merasa risih, lalu menepis tangan Ratih dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Captain |On Going
Ficção AdolescenteBisa nggak masa lalu itu terikat? Apakah mungkin seorang yang kita temui pertama kali akan menjadi yang terakhir untuk kita? Apakah tidak ada yang lebih berhak selain cinta pertama? Cinta pertama bisa bertahan sampai akhir Cinta pertama juga bisa ti...