45. Mengapa kamu? (1)

445 17 1
                                    

"Pulanglah, Bawa anakmu ke rumah sakit. Dia benar-benar butuh penanganan saat ini"

Satpam itu tertegun dua kali. Bagaimana atasannya ini bisa tahu bahwa anaknya sakit?

Melihat wajah satpam itu yang kaget dan bingung, Vero segera menjelaskan.

"Aku tidak sengaja mendengarnya saat lewat" jawabnya dengan singkat.

Sebelumnya saat itu Vero sudah turun ke arah parkiran untuk mengambil mobil. Namun di perjalanannya, ia mendengar seseorang berkata dengan tidak berdayanya sedang menerima telepon dari orang lain.

Lalu mengatakan bahwa anaknya sakit dan perlu dibawa ke dokter. Pria itu frustasi karena tidak memiliki uang yang cukup. Ia hanya menyuruh sang istri untuk mengompres anaknya saja. Perlahan pasti akan kembali membaik.

Vero yang mendengar itu merasa hatinya teriris. Lalu ia kembali kearah lift dsn menekan lantai 1.

Disana ia bertanya kepada satpam lain apakah ada satpam yang bertugas dibawab. Dan para satpam itu berkata bahwa ada satu orang yang berjaga dibawab. Vero menyuruhnya untuk mengambilkan mobilnya.

Satpam itu hanya mengangguk. Ia sudah menawarkan untuk mengambilkan mobilnya namun Vero menolak. Ia tetap ingin pria yang tadi di parkiran saja yang membawanya. Ia meyakinkan para satpam itu dengan berkata bahwa hanya sekalian satpam itu ada di parkiran dibawah.

Masih merasa aneh dengan jawaban sang atasan. Namun satpam itu tidak peduli, ia menyuruh satpam yang ada di parkiran untuk mengantarkan mobil sang bos.

"Pergilah, aku yang akan mengizinkanmu pergi" Ucap Vero lagi.

"Terimakasih tuan, terimakasih" Satpam itu membungkuk beberapa kali.

Veeo melambaikan tangannya dan menutup pintu mobil. Lalu menjalankan mobilnya dengan tenang tanpa menyadari bahwa terdapat puluhan mata yang menatapnya dengan kagum.

"Anak bos benar-benar keren"

"Sangat dermawan"

"Anak bos berkali-kali lebih tampan ketika menunjukkan sifat baiknya"

"Sungguh pria idaman"

Di perjalanan menuju tempat dimana ia akan tuju, bayangan seorang wanita selalu berada di pikirannya.

Tanpa sadar ia tersenyum tipis. "Coba tanyakan lagi pada hatimuu.. Apakah seharusnya kita putus atau terus.. Kita sedang mempertahankan hubungan.. atau hanya sekedar menunda perpisahan"

"Huh lagunya judika mantap bener" dacaknya kagum.

"Tapi mas mblo ga ada cewe jadi ga bisa mempertahankan hubungan wkwk" ucapnya ga jelas.

Setelah sampai di rumah, ia masuk ke dalam kamarnya. Menunggu sampai malam tiba.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Vero bersiap untuk pergi bersama Bryan nanti.

"Pipipipip calon mantu" ocehnya ketika turun dari lantai atas sambil memutar-mutar ponselnya.

Ia melangkah ke pintu depan rumahnya. Sebelum itu ia mendengar suara sang ayah yang memanggilnya.

"Kemana, Ver? Dengan siapa?" tanya Azka yang sibuk dengan ipad miliknya sedang duduk di ruang tamu untuk memeriksa pekerjaannya.

Vero berhenti lalu memutar tubuhnya. "Kirain papa udah tidur"

Azka mendongak menatapnya datar. "Kamu mau kemana? Sama siapa? Bukannya jomblo?"

Vero berdecak kesal. "Gausah di ingetin"

"Aku keluar sama siapa lagi kalo bukan sama cassanova" lanjutnya.

"Kalian benar-benar couple" kata Azka namun terdapat kalimat ejekan disana.

Love You Captain |On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang