"Cuma-- Rania suka sama lo" ucap Clara. Sean melepas pelukannya.Sean dan Clara sama-sama diam. Saling melirik satu sama lain.
"Lo ngapain sih ngelirik gue dari tadi?" Sewot Sean kesal.
"Lah? Lo duluan yang ngelirik gue, ya gue bales lirik dong" jawab Clara tak kalah sewot.
"Se, gimana nihh??" tanya Clara.
"Gimana apanya?" tanya Sean.
"Itu Rania gimana? Dia kan suka sama lo, gue jadi nggak enak" ucap Clara sambil melingkarkan tangannya di pinggang Sean dari samping.
"Ya Lo bilang aja kalo gue nggak suka sama dia, bilang aja kalo gue udah suka sama seseorang" jawab Sean santai.
Clara bangkit dan memukuli Sean dengan bantal.
"Dasar kutil badak. Lo bikin solusi gak mikir banget. Ya kali gue ngomong gitu" ucap Clara.
Sean menghentikan aksi Clara. "Ya gimana lagi Ra. Gue nggak suka sama dia" ucap Sean.
"Aduh.. gimana dong" ucap Clara panik sendiri.
"Yaudah sih biarin aja, biar gue yang bilang sendiri" ucap Sean menenangkan Clara.
"Udah sana lo pergi ke kamar lo" usir Clara sambil menarik kaki Sean.
"Iya iya elah ga usah pake narik-narik kaki gue lo kira kaki gue karung apa" protes Sean kesal.
"Bacot lo ah" jawab Clara.
"Yaudah gue balik, lo bersih-bersih dulu terus tidur" ucap Sean sambil mengacak rambut Clara.
Clara mengangguk. "Good night" ucap Clara.
"Good night too" ucap Sean setelah mencium kening Clara. Setelah itu ia keluar dari kamar Clara.
-----------------------
Bughh buggghhh
Bughh
Bughh
Ahh....
Rintihan seorang pria yang di pukuli oleh Vero.
Entah apa sebabnya, yang jelas pria itu tidak sengaja menabrak bahu Vero. Namun reaksi Vero sangat berlebihan.
Pria itu sudah minta maaf namun Vero mengabaikannya. Saat ini, pikirannya sedang kacau. Masalah ayahnya, masalah Clara semuanya bercampur menjadi satu. Vero memang tipe orang yang tidak bisa mengontrol emosi. Jika sedang kacau, apa saja yang ada di dekatnya akan menjadi sasaran pelampiasan untuknya.
Vero terus memukuli pria itu. Siswa-siswi juga berdatangan menyaksikan itu.
"Permisi permisi" ucap Fiian sambil menerobos kerumunan itu. Diikuti Aldo dan Bryan.
Dan betapa terkejutnya ia melihat Vero duduk di atas pinggang pria itu sambil terus memukuli wajah yang sudah babak belur itu melampiaskan amarahnya di sekolah.
"VERO!!!" teriak Fiian.
Vero menghentikan tangannya memukul pria itu. Lalu menoleh ke arah Fiian dengan mata berkilat.
"LO GILA, HAH? AKAL LO DIMANA? LO LIAT DIA" ucap Fiian sambil menunjuk siswa yang Vero pukuli tadi, Toni.
Vero diam. Ia masih pada posisinya. Tak berkutik sama sekali.
"Aldo, Bryan lo bawa Toni ke rumah sakit sekarang" suruh Fiian kepada Aldo dan Bryan dan di angguki oleh keduanya.
"Dan lo, ikut gue" lanjut Fiian sambil menarik baju Vero dengan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Captain |On Going
Fiksi RemajaBisa nggak masa lalu itu terikat? Apakah mungkin seorang yang kita temui pertama kali akan menjadi yang terakhir untuk kita? Apakah tidak ada yang lebih berhak selain cinta pertama? Cinta pertama bisa bertahan sampai akhir Cinta pertama juga bisa ti...