Vero berada di alun-alun kota. Saat malam hari keadaan kota memang sangat ramai. Namun hal itu tidak berpengaruh dengan Vero. Ya mungkin ia berada di keramaian sekarang. Tapi hati dan pikirannya kosong.Ia menggapit sebuah rokok di sela jarinya. Menghisapnya pelan dan menyembulkan asap itu.
Ia memandang langit yang gelap. Menyendiri sambil mengingat ucapan Fiian tadi sore.
Flashback On
"Bukan gitu Ver, Fiian jadi pengusaha sukses sekarang. Tapi---"
"Tapi apa, Yan?" Tanya Vero penasaran sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Lo yakin mau dengerin ini?" Ucap Fiian sedikit iba.
"Apaan sih Yan, serius amat. Santai kali" Ucap Vero tenang.
"Sekarang lo bisa tenang Ver, setelah gue kasih tau lo bakalan kaget" Ucap Fiian.
Vero berdecak. "Ah elo Yan bacot banget. Mati penasaran ni gue" Ucap Vero kesal. Memang ia seperti itu. Rasa penasarannya tak pernah bisa ditahan.
"Aldo udah tunangan" Ucap Fiian. Vero diam. Lalu tertawa.
"Wah udah tunangan aja dia.. Bagus lah. Gue kira Aldo homo njir haha" Ucap Vero lagi.
Lo bisa ketawa sekarang Ver - batin Fiian Iba.
"Kemajuan banget si Aldo. Cakep-cakep. Trus calonnya siapa? Jadi penasaran gue cewe mana yang mau sama batu berjalan macam Aldo" Ucap Vero berandai-andai. Bahkan ia berandai jika tunangan Aldo adalah wanita yang cerewet, atau bahkan wanita batu seperti Aldo. Ia tertawa sendiri membayangkannya.
"Anjir gue ketawa sendiri bayanginnya" Ucap Vero.
"Tunangan Aldo adalah mantan lo" Ucap Fiian.
Vero yang masih asyik dengan Abidzar hanya ber oh. Lalu selanjutnya ia menoleh ke arah Fiian.
"Maksud lo Clara? Ngaco lo ah" Ucap Vero yang sadar yang dimaksud Fiian.
"Gue seriusan Ver" Ucap Fiian.
Vero tertawa hambar. "Haha bercanda lo nggak lucu, Yan. Sumpah" Ucap Vero lagi tak percaya.
"Dede abidzar tuh bilangin bapak lo jangan sembarangan ngomong. Mau ngibulin Om, ga semudah itu ferguso Bidzar haha" Ucap Vero lagi disertai tawanya. Abidzar juga ikut tertawa.
"Lah anak lo ketawa, Yan" Ucap Vero sambil tertawa bersama Abidzar.
"Ver dengerin gue. Tatap mata gue. Apa gue keliatan bohong sama lo? Gue ga main-main Ver" Ucap Fiian serius.
Vero menelisik kedalam mata Fiian. Apa ini sungguhan? Mereka tunangan?
"Gue masih gak percaya ini, Yan. Lo ngaco" Ucap Vero dengan nada sedikit lirih.
"Khalisa" Panggil Fiian sedikit keras.
"Ya sayang sebentar" Jawab Khalisa sambil berjalan menuju Fiian. Ia membawa berbagai macam kue untuk dicicipi.
"Silahkan dimakan" Ucapnya ramah.
"Sayang, kamu bawa Abidzar. Aku mau ngomong berdua sama Vero" Ucap Fiian lembut kepada istrinya.
Khalisa mengangguk. "Ayuk sayang ikut Bunda. Om Vero mau ngobrol dulu sama Ayah" Ucap Khalisa sambil mengambil alih abidzar dari Vero.
"Abidzar mau main dulu ya yah, Om. Dadahh" Ucap Khalisa sambil menjauh dari kedua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Captain |On Going
Ficção AdolescenteBisa nggak masa lalu itu terikat? Apakah mungkin seorang yang kita temui pertama kali akan menjadi yang terakhir untuk kita? Apakah tidak ada yang lebih berhak selain cinta pertama? Cinta pertama bisa bertahan sampai akhir Cinta pertama juga bisa ti...