"KARENA GUE PERDULI" teriak Vero dengan spontan.
"Shit. Sebenarnya apa yang gue rasain sekarang" batin Vero.
Sebenarnya sulit untuk mengatakan ini, tapi kata itu tiba-tiba saja muncul.
Clara tersenyum hambar, matanya sudah berair dan tersirat rasa sakit di dalam sana.
"Lo peduli sama gue? Apa yang lo sadar apa yang lo ucap itu?" tanya Clara sambil menyeka air mata yang keluar dari kelopak matanya.
"Harusnya, lo nggak usah nolongin gue, biarin gue yang urus semua masalah gue. Lo nggak usah ikut campur. Lo tau alasannya apa?----- karena itu ngebuat gue berharap dan bertanya-tanya. Ngebuat gue berharap sesuatu yang nggak akan pernah bisa gue dapetin. Dan itu ngebuat gue sakit, sakit untuk kedua kalinya" ucap Clara mengungkapkan seluruh hatinya.
Vero hanya diam.
"Gue udah berusaha buang jauh-jauh semua tentang lo, tapi, hari ini, lo ngebuat gue inget semuanya, inget semua tentang lo" ucap Clara lagi.
"Sebenarnya, kenapa lo peduli sama gue, hah? Jawab gue" tanya Clara.
"Gue cuma nggak pengen ada orang lain yang nyakitin lo" jawab Vero setelah beberapa saat ia diam.
"Gimana dengan lo? Lo udah nyakitin gue, apa lo lupa?" balas Clara.
"Maaf" ucap Vero tulus.
Clara menatap mata Vero. Mata yang menunjukkan keseriusannya. Ia tau bahwa Vero tulus mengucapkan itu. Tapi, rasa sakit itu masih terus mengikutinya.
"Maaf? Gue bisa aja maafin semuanya, tapi luka itu. Luka itu nggak akan bisa secepat itu untuk sembuh" ucap Clara.
Badannya bergetar menahan tangis yang sejak tadi ia tahan.
Ingin sekali Vero mendekap tubuh itu, tapi ia malu, ia malu pada dirinya sendiri.
Sama seperti Clara, dia merasa hancur.
Dan yang membuatnya bingung adalah.....
Ia masih saja tidak mengerti apa yang ia rasakan.
Clara membekap mulutnya sendiri dengan tangannya. Ia sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya.
------------
"Lah? Dasar bocah. Bukunya ketinggalan di mobil. Dasar ceroboh" ucap Revan ketika mengendarai mobilnya menuju rumah.
Ia tak sengaja menoleh ke samping tempat dimana adiknya itu duduk.
Terdapat buku sejarah Clara yang ketinggalan.
Padahal, sejak tadi, ia seperti tidak melihat buku itu.
Apa dia tidak sadar kalau sejak tadi buku Clara ketinggalan.
Mau tidak mau, ia harus memutar setirnya ke arah sekolah Clara.
Kringg....
Revan menepikan mobilnya ketika ponselnya berdering.
"Halo Se"
"Abang dimana bang? Kok di rumah sepi?"
"Abang habis nganterin Clara ke sekolah"
"Oh udah berangkat sekolah, oh iya bang gue mau bicara sama Lo tentang Clara"
"Ngomong apaan? Gue aja baru dateng kemarin malem"
"Udah pokonya sekarang abang pulang, gue tunggu"
"Iya bentar, gue mau nganter buku Clara yang ketinggalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Captain |On Going
Teen FictionBisa nggak masa lalu itu terikat? Apakah mungkin seorang yang kita temui pertama kali akan menjadi yang terakhir untuk kita? Apakah tidak ada yang lebih berhak selain cinta pertama? Cinta pertama bisa bertahan sampai akhir Cinta pertama juga bisa ti...