37. Apa tidak ada kesempatan?

782 36 6
                                    

Vero mengerutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa si tampan mobilnya ini memiliki masalah saat dijalan. Apalagi ini jalan tol.

Vero menendang ban mobil kesayangannya.

"Haiss.. Kenapa apes banget"

Ia mencoba menelpon Elka. Namun tidak ada jawaban. Pagi-pagi seperti ini pasti adiknya itu masih bermanja-manja dengan sang istri.

Mengapa hidupnya enak sekali?

Sial! Jadi pengen nikah kan? Tapi belom ada calonnya.😭

Vero menggelengkan kepalanya. Anak itu tidak bisa di andalkan. Namun sepertinya anak itu ada sedikit masalah. Setiap bertemu, seperti tertekan.

Ia harus berbicara dengan sang adik nanti..

Ia membuka aplikasi Gojek. Sebelumnya ia tidak pernah memakai aplikasi seperti ini. Dan buktinya ia sedang kesusahan sekarang.

"Aplikasi apa ini? Mengapa harus mendaftar?" Kesalnya.

Menurutnya aplikasi ini sangatlah rumit. Padahal ini adalah aplikasi terinstan. Memang jiwa norak itu tidak hanya melekat pada kaum miskin. Kaum miliarder juga norak terhadap hal seperti ini.

Saat ini dia kebingungan bagaimana cara memesan. Sungguh aplikasi ini membuatnya ingin menangis.

Sebuah mobil Porsche berhenti di depannya. Sepertinya sedikit familiar.

Vero mendongakkan kepalanya. Mobil itu berhenti dan menurunkan kaca mobil.

"Vero? Kenapa mobilnya?" tanya orang yang ada di dalam mobil itu.

Belum selesai dengan keterkejutannya. Seorang bocah berbicara dengan sedikit tidak senang.

"Paman, bibiku bertanya. Ada apa dengan mobilmu. Cepatlah jawab, aku akan telat sekolah nanti" ucap seorang anak lelaki itu.

Setelah tersadar. Vero menjawab. "Oh, mobilku ada masalah."

Clara melihat ke arah mobil. Mobil itu tetap tenang dari luar. Namun menangis dari dalam. Seperti yang punya.

"Kalo begitu, kamu ingin kemana? aku bisa membantumu." Tanya Clara.

"Tidak perlu. Aku menunggu taksi." Jawabnya asal.

"Sial kenapa ketemu sih!" batinnya.

"Sepagi ini tidak akan ada taksi. Aku bisa membantumu" Clara menawarkan diri lagi.

Vero tidak bisa apa-apa selain mengangguk. Menolak 2 kali juga tidak benar.

"Paman cepatlah masuk" suruh anak lelaki itu.

Vero segera melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil. Ia duduk dibelakang bersama anak itu. Ia sebenarnya sedikit geram.

Tingkah anak itu tidak seperti anak kecil pada umumnya. Dia sedikit ketus.

Vero menghela nafasnya. Clara melirik di spion tengah. "Kemana aku harus mengantarmu?" tanyanya.

"Rumah sakit"

Dahi Clara berkerut. "Siapa yang sakit?"

"Ayahku" Jawab Vero seadanya.

Entah kenapa hati Clara sedikit tidak nyaman. Ia merasa Vero memperlakukannya seperti orang asing. Bahkan saat berbicara pun, ia merasa sangat asing.

Ia ingin menanyakan tentang keadaan ayah Vero, namun apa itu pantas?

Ia berdehem sedikit. "Aku akan mengantar Renan dulu, apa bisa menunggu?" tanya Clara.

Vero menatapnya sekilas. "Tentu"

Clara mengangguk lalu melajukan mobilnya.

"Paman, bisakah kamu ambilkan sesuatu di tasku?" Tanya Renan.

Love You Captain |On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang