Heheheh jangan pada ngamuk dong.
Happy reading!!
Shafa memijat pangkal hidungnya, kehidupannya sebagai mahasiswi tingkat akhir benar benar melelahkan. Belum lagi skripsi yang terus menerus menghantui
Ia memandangi jari manisnya. Terdapat cincin silver disana, melingkar dengan pas dan indah. Shafa menyengir selebar samudra Semburat di pipinya langsung terlihat, kala membaca ukiran nama cincin di jarinya
Adzlan Raflangkasa
Laki laki yang mampu menariknya keluar dari rasa trauma, merangkulnya dikala susah, dan selalu berada tepat disebalah bahunya menjadi tempat bersandar dan bercerita banyak hal
Laki laki yang mampu membuatnya merasa di cintai, dan di hargai. Air mata Shafa tiba tiba menetes ia terisak lirih kala membayangkan kejadian di hari itu
Shafa tidak bisa membayangkan, apa jadinya kalo Varo tidak datang tepat waktu saat itu. Shafa merinding membayangkannya, ia jadi sangat parno dan pada saat itu hingga waktu yang tak tertentu, kehilangan sesosok Adzlan adalah hal yang sangat ia takutkan.
Drrrt drrrt
Khayalannya buyar kala ponselnya bergetar beberapa saat. Menampilkan pop up notifikasi yang tertera sebelum layar di buka. Senyum gadis itu melebar, buru buru ia membuka pesannya.
Orang ganteng 🔥🦃
Ayangiieeee 😽😽
Yuhuwwwww
Syimalaka bebep
Ayanggggiiee 💋💋
Jam nya udah kelar belom?
Gua otw nih
Baru kelar rapat..Tawa Shafa mengudara, manusia satu ini benar benar moodbooster baginya. Saat ini Adzlan tengah belajar memimpin perusahaan keluarganya, lelaki itu sudah lulus kuliah sejak 2 tahun yang lalu, dengan predikat cum laude di oxford sana.
Shafa hanya bisa menganga kala Adzlan balik ke Indonesia dengan kurun waktu yang cepat. Ia tidak habis pikir, bagaimana otak dengan isi kebucinan itu bisa lulus di universitas terbaik di dunia dengan waktu cepat?
Shafa mengetikan beberapa kata kata disana, sambil terus tersenyum macam orang gila
Jangan naik heli Jlan, asli!
gua tabok lu kalo naek heliUdah nyampe 🤭🤭
Stikernya 😭😭
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭Shafa geli sendiri, emot tutup mulut sambil tertawa kemayu itu sering sekali Adzlan gunakan. Ia menghela nafas, melihat helikopter dengan logo Angkasa sudah mulai mendarat dengan perlahan.
Setiap ada kesempatan, Adzlan pasti menjemputnya dengan helikopter ini. Shafa heran, entah apa maksud terselubung laki laki itu sebenarnya.
Sudah berulang kali Shafa peringatkan untuk tidak pamer kekayaan. Namun Adzlan malah makin sengaja memamerkannya.
Pintu otomatis itu terbuka, Adzlan turun dengan anggun, ia mengenakan kaca mata hitam dan masih brestelan kantoran. Tubuh porposal nya di baluk kemeja putih yang lengannya di gulung sesiku, rambut undercut berwarna coklat tua dan dasinya yang sudah terlepas dari simpulnya membuat ketampanan Adzlan justru meningkat berkali kali lipat.
Shafa menekan dadanya, degupannya sudah mulai menggila. ia membuang nafas pelan, mencoba mengatur ritme jantungnya.
Penampilan seperti ini selalu Shafa lihat di akhir jam kuliahnya, belum lagi parfume mahal lelaki ini yang dari jarak bermeter meter pun sudah tercium aroma nya.
Setelah kakinya menapak di aspal, Adzlan melepas kacamata dan menyugar rambutnya. Shafa ambruk kebawah, ia mengangkat tangan menyerah. "Ganteng banget ya Allah ..."
"Ayangiiieeee...." jerit Adzlan tanpa tahu malu. Ia berlari dengan penuh semangat, menghampiri Shafa dengan tangan terbuka bersiap menerima pelukan.
Belum lagi senyum lebarnya yang menajongkan. "Kenapa cantik banget?! Kenapa lu harus kuliah dengan muka secantik ini?! Kenapaa penampilan lu girlfriend material banget? Kenapa!" Shafa memutar bola matanya.
"Dasar alay!"
Adzlan menarik tangan kecil Shafa dengan senyum tulus. Menatap jemari Shafa yang dihiasi cincin pertunangan mereka, binar bahagia dimata Adzlan mampu di tularkan pada Shafa.
Gadis itu ikut tersenyum senang. "Salim," Adzlan menggenggam tangan Shafa, dan menyodorkan punggung tangannya untuk Shafa cium, kecupan sekilas yang berefek bahaya.
Ia balas mengecup beberapa kali punggung tangan kecil Shafa, menciumnya dengan gemas. Lalu menariknya ke pelukan.
"Mau ikut gak?" Ajak Adzlan, sambil merangkul pinggang Shafa. Menekankan kepada siapa pun yang melihat mereka, bahwa gadis ini miliknya.
Adzlan menarik kepala Shafa ke bahunya, memberikan kecupan singkat sebagai penutup lelahnya. "Bobo dulu aja, lumayan."
Shafa mengangguk dengan cengiran. Ia memejamkan mata dengan tenang, selama bersama Adzlan, apapun keadaannya hatinya selalu tenang.
Pada saat membuka mata, Shafa sudah berada dalam satu kamar tidur mewah. Benar benar mewah, design interior, property, dan corak menenagkan kamar ini benar benar membuat Shafa kagum.
Kaki nya menjelajah keluar, matanya kembali membesar saat keluar dari kamar tadi. Seperti melihat kerajaan. "Rumah siapa ini jlan??" Tanya Shafa saat di ujung tangga, Adzlan sudah menunggunya.
"Jlan?"
"Fa.. mau minta tolong, kira kira mau gak?" Tanya Adzlan tenang. Shafa mengangguk mau, ia mengambil uluran tangan Adzlan dengan alis terangkat penasaran.
Adzlan menatapnya lekat. "Mau gak jadi Mrs.Raflangkasa di istana ini?"
Gimana gimana????
Gimana??? Kurang gak? Wkwkkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels | END
Teen FictionIni kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 10 ipa 1 "Inget bep! Lo tuh milik gue, gak akan ada yang bisa apalagi boleh milikin lo, selain gue. orang lo terlahir dari tulang rusuk gue." Adzlan Raflangkasa. Cowok selengan dengan paras tampan, senyu...