She's back

5.2K 381 23
                                    


Panjang nih bosss panjang


"Lin! Lina lu dimana lin?" Adzlan memasuki ruangan sepupunya yang menjabat sebagai dokter. Kebetulan juga dokter yang mengobati Shafa adalah sepupunya Adzlan.

"Bacot dzlan! Ini area rumah sakit. Maen teriak seenaknya," tegur Shafa, namun Adzlan tidak menghiraukannya. "Lina! Lama bangat lu! Buruan bini gua mau ganti perban!"

Shafa menabok kepala Adzlan kencang. "Ish! Gua bilang jangan teriak teriak! Malah kenceng sekalian!" Sewot Shafa, Adzlan hanya menyengir menanggapinya.

"Bini, bini, tampol sini!" Ketus Shafa. Tak lama kemudian Dr.Lina muncul menatap Adzlan malas.

"Sumpah suara lu kedengeran ampe ruang mayat goblok!"

Adzlan melotot takut. "Lu abis ngapain di ruang mayat?" Tanya Adzlan.

"Nyebokin!" Adzlan ngakak, Shafa tersenyum canggung. Dr.Lina mulai memeriksa Shafa lalu mulai membuka perban di leher Shafa.

"Pelan pelan lin, bini gue nih."

Plak

Shafa menampolnya keras, lalu menatap Adzlan tajam. Yang di tatap tajam malah memberikan kedipan seksinya.

"Pelan pelan!" Cegah Adzlan, saat Lina ingin membuka perban di leher Shafa. Selalu seperti ini, Setiap Shafa mengganti perbannya Adzlan akan separno ini.

Padahal mah Shafanya saja santai.

Sreeek. Perbannya mulai di tarik dan diputar untuk bisa terbuka.

"AAAAAA!" Malah Adzlan yang berteriak. Matanya memejam ketakutan

Mencengkram tangan Shafa. "Aw sakit sakit aw! Adadahh perih perih." Adzlan lagi yang berucap demikian.

Baik Dr.Lina dan Shafa sama sama memperhatikan tingkah gila Adzlan. "Lin pelan lin! Kasian bebep gue!"

Padahal diapa apakan saja luka nya belom.
Dan Shafa pun merasa kesakitan saja tidak

Memang king of alay!!

"Lin gua gak mau tau sampe bebep gua ngerasa kesakitan gara gara lu. Gua tuntut ini rumah sakit!" Ancam Adzlan matanya masih terpejam tak berani menatap Shafa

"Lin!! Pelan lin!"

Siapapun tolong! Bumi hanguskan saja si raja alay ini.

"Bep! Lu harus kuat bep! Lina! Pelan pelㅡ
Ucapan Adzlan terhenti setelah jarum suntik lolos menembus kulit lengannya. Tubuh nya langsung ambruk kelantai.

"Alhamdulillah," Shafa dan Dr.Lina berucap serupa.

30 memit kemudian, Adzlan bangun. Tadi itu hanya suntikan bius. Saat membuka mata Adzlan sudah melihat Shafa dalam perban barunya. "Ayo balik udah mau jam 10 nih," ajak nya.

"Lu oke? Lu gapapa? Ada yang perih? Sakit?" Tanya Adzlan berentet. Shafa memutar bola matanya malas menjawab ia berlalu lebih dulu meninggalkan Adzlan.

Adzlam berdecak kesal karna di tinggalkan. "Bep!!" Teriak Adzlan.

Saat tiba di parkiran, Shafa duduk diatas mobil, menatap hamparan langit biru dengan segudang bintang yang saling berkilauan. Adzlan berhenti melangkah

Melihat Shafa yang tersenyum tenang, membuat seluruh organ tubuhnya berdesir. Hangat. Senyuman tulus gadis itu dari dulu memang selalu membuat jantung Adzlan berpacu.

"Timing tepat nih!" Adzlan menyengir lebar. Buru buru mengeluarkan dua cincin yang selalu di bawanya kemana-mana.

Adzlan mengulurkan cincin itu tepat di depan wajah Shafa. Membuat Shafa terkejut. "Tukang kayu, melihara naga!"

Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang