Hallloooo sampai juga kita, ke penghujung ceritaaaa lawak ini, ehehehehe, so sorry buat semua. Buat ke engga adanya tanggung jawab gue sbg penulis wkwkwkkw. Happy bisa nyelesain cerita yang udah di revisi, publish, revisi publish ini.
Walaupun masih banyak part yang menurutku bener bener ga nyambung, dan masih acak acakan, masih banyak hal yang blum selesai di jelasin.
Once again sorry and love you guyss!!!!
Shafa termenung di sudut kamarnya. Memeluk lutut dan menangis tanpa suara, satu minggu sudah dirinya dikurung di rumah ini, di kamarnya sendiri
Tanpa ponsel dan internet. Terkurung dan di didik dengan paksa. Berkali kali Shafa menghela nafas. Ia rindu semua orang, terutama Adzlan. "Kangenn ajlannn..." rengek Shafa tersedu sedu
Ketukan di kaca balkon kamar. membuyarkan lamunan Shafa, ia melirik jam yang menempel di dekat nakas. Pukul 02.00 dini hari. siapa sekiranya yang mengetuk pintu kaca itu.
Shafa mempertajam penglihatannya, di selah selah kaca nampak sepasang manik mata, bulat penuh berwarna hitam menkilap dengan aksen hijau. Jantungnya berdebar tak karuan, buru buru ia membuka pintu balkon.
Adzlan tersenyum lebar, sambil melambaikan tangan. Mata Shafa langsung berbinar ia menarik Adzlan kedalam pelukannya. Terisak hebat disana sambil memeluknya erat, menyalurkan rindu yang tertahan
"Kangen banget," bisik Shafa seperti bergumam karna terendam oleh suara tangis nya.
Adzlan terkekeh, balas memeluk Shafa lebih erat. Sama sama menyalurkan perasaan menggebu dalam pelukan itu. "Jangan nangis, kan pacarnya udah dateng."
Shafa masih sesenggukan makin mengeratkan pelukan. "Masih kangen,"
Adzlan mengangguk paham, sambil terkekeh ia menggendong Shafa, menyatukan tubuh mereka lewat pelukan.Mendudukan Shafa pada pembatas balkon, mengelap air mata Shafa yang terus berjatuhan di kedua pipinya. Adzlan menggenggam pergelangan tangan yang makin kesini isinya hanya tulang. Mengelus jemari Shafa sambil mengembangkan senyuman.
Adzlan berdeham pelan, ia menatap Shafa dengan telinga memerah. "Boleh cium gak?" Izin Adzlan, sambil menunjukan punggung tangan Shafa.
Bagaimana ia tidak jatuh cinta?? Saudara saudara? Shafa mengangguk sambil mengembangkan senyum. Adzlan sumringah langsung mengecup punggung tangan Shafa berkali kali. Gemass dia tuh
"Tau gak? Apa yang gua cari cari di kalender selain tanggal merah?" Tanya Adzlan
Dengan mata sembab, Shafa mengerjap berkali kali macam bayi bangun tidur, tak lama kemudian ia menggeleng, malas menjawab pertanyaan tak mutu Adzlan.
"Tanggal cantik buat ngelamar lu." di tengah nafas putus putusnya Shafa terkekeh, Tak dapat memyembunyikan senyum lagi. Matanya menghilang
"Akhirnya gua bisa berak dengan lancar," gumam Adzlan tersenyum lega sambil mengusap perutnya.
Karna selama seminggu ini, Adzlan susah buang air besar karna tidak melihat tawa Shafa. "Hah?"
"Tau gak bep, selama seminggu ini gua susah tidur, gak enak makan, mandi gak selera, berak gak keluar. Pokoknya serba salah dah. Tau gak lu penyebabnya apa?" Tanya Adzlan, Shafa mengerenyit sambil berpikir.
Akhirnya Shafa menggeleng enggan pusing memikirkan jawaban sebenarnya. "Soalnya seminggu ini gua gak ketemu lu, gua gak liat senyum lu, gak denger ketawa lu. Jadi serba salah bep, hidup gua."
Shafa tertawa lagi, dasar Adzlan! ada saja kelakuannya yang membuat Shafa tertawa, baru beberapa menit cowok tengil itu datang. Mood Shafa langsung naik, senyum Shafa mengembang terus, dan tawa nya terdengar tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels | END
Teen FictionIni kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 10 ipa 1 "Inget bep! Lo tuh milik gue, gak akan ada yang bisa apalagi boleh milikin lo, selain gue. orang lo terlahir dari tulang rusuk gue." Adzlan Raflangkasa. Cowok selengan dengan paras tampan, senyu...