kecupan singkat

5K 474 52
                                    

Helllloooowwwww
Up lagii akuuuu mwejehwhwhwhhw

Adzlan merasa beban di jok belakang motornya, memberat. "E..eh..eh! Bep jan bobo dulu bep!" Ricuh Adzlan

Saat menoleh kebelakang, Shafa tengah memejamkan mata, dagunya ditumpukan di pundak Adzlan dengan tangan mungilnya yang memegangi kaos Adzlan. "Anjing!"

Motor Adzlan oleng, gara gara si pengendaranya yang malah memperhatikan wajah Shafa yang tenang, apalagi bibir kecil penuh nya. Membuat iman Adzlan yang cetek itu goyah.

"Anying, bibir nya cipok'able!" Gumamnya sambil meneguk ludah, kemudian Adzlan menggeleng dan menepuk beberapa kali kepalanya agar waras lagi.

Shafa mengerjapkan matanya saat Adzlan menepikan motor sebentar. Tangannya di lingkarkan Adzlan ke pinggang cowok itu. Lalu diikat dengan jaket.

Shafa memang tertidur ditengah jalan, makanya Adzlan menepikan motor lalu mengikat tangan Shafa dengan jaket. Mencegah terbawa angin katanya.

"Udah tidur lagi," ujar cowok itu, lalu menyalakan mesin motor dan kembali berkendara menuju rumahnya.

Shafa memaksa pulang dari pada harus menginap di rumah Adzlan. Ia sudah berjanji ingin membuat kue bersama maminya. Makanya pukul 4 dini hari Adzlan baru mengantarkannya pulang.

Setelah pesta kembang api, dan bakar bakar jagung semalaman. Shafa tersenyum kecil mengeratkan pelukannya ke pinggang Adzlan, bodoamat soal gengsi. Posisi ini terlalu nyaman.

Hingga 10 menit berlalu, motor Adzlan berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Melepas ikatan tangannya perlahan. Shafa berdeham saat Adzlan menepuki pipinya ber kali kali.

"Nyampe bos!"

Shafa turun pelan pelan, mengucek matanya untuk membangun kesadaran sepenuhnya. "Dah, gih masuk, bersi bersi, sholat, lanjut bobo lagi," pesan Adzlan sambil tersenyum manis dan mengusap pipi kirinya.

Shafa mengigit pipi dalamnya, menahan senyuman yang ingin merekah selebar lebarnya akibat perlakuan si bucin ini.

"Eh ngapa nih diem?" Tanya Adzlan, wajahnya mendekat menatap Shafa lamat lamat. Sudah jadi patung, malah ditatap seperti itu. Makin saja tubuhnya kaku ditempat.

Debaran jatung serta rona dipipinya membuat tekad Shafa makin kuat. Ia maju dua langkah mendekati Adzlan, lalu memeluknya.

"Tungguin gua terus ya.. jangan nyerah dulu," bisik Shafa dengan suara yang amat sangat lembut

Dirasakan badan Adzlan langsung terbujur kaku, ritme jantungnya melebihi debaran jantung Shafa sendiri. Shafa terkekeh langsung melanjutkan ucapannya.

"Gua bakal berusaha buat ngelupain trauma gua, dan mulai semuanya dari awal, bareng lu." Tutupnya sekaligus melepaskan rengkuhannya pada Adzlan

Si bucin satu ini masih terdiam, mematung kaku. Mengerjap sangat lambat. Lambat laun cengiran lebarnya muncul. Matanya menyipit


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang