Wanjas wanjas wanjasss
Up lagi akuuu cokHappy readingg????
Masiii lucu gasi ini cerita??Shafa bergegas memakai sepatu, keluar dari area masjid, dan buru buru masuk ke mobil jemputan, meminta sopir pribadinya melaju cepat ke rumah sakit tempat Adzlan dirawat.
Sudah kurang lebih 1 minggu, sejak kecelakaan itu. Adzlan dinyatakan koma setelah menjalani oprasi.
Shafa menghela nafasnya, rasa takut, perasaan bersalah juga rasa rindunya makin mengerogot dirinya. Ia bersandar pada kaca melihat langit yang mendung dan bebas awan, berwarna kelabu gelap.
Bayangan senyum Adzlan saat Shafa peluk malam itu terbayang jelas, manis dan tampan dalam waktu bersamaan.
Tanpa sadar ia meneteskan air mata, ia rindu semua kenangan terakhirnya dengan Adzlan.
15 menit perjalanan, Akhirnya Shafa tiba di RS. Prima, gadis dengan seragam Angkasa yang masih melekat dalam tubuhnya berlari kencang menuju lorong ruang VVIP, mengeluarkan kartu aksesnya dan masuk kedalam ruangan tempat Adzlan terbaring kaku.
Ia mendekati brankar, memeluk Adzlan dengan perlahan. Sambil berbisik "Bangun Adzlan, gua sayang lu.. kalo lu bangun gua janji deh, bakal nerima lu." Ucapnya pelan
Ada Mommy yang sedang memakan pancake di meja kecil dekat jendela, Shafa mendekat mencium punggung tangannya lalu memeluk ibu si bucin ini. "Shafa.. udah pulang? sayang.."
Shafa mendekap Mommy, menahan isak tangis nya atas semua perlakuan Mommy terhadapnya, padahal jika di teliti keseluruhan. Penyebab Adzlan koma adalah dirinya.
Kalau saja malam itu ia tidak memaksa pulang, dan Adzlan tidak mengantarnya pagi pagi. Mungkin saja kan Adzlan masih bernafas dan selamat hingga detik ini.
"Maafin Shafa ya mom..." lirihnya, tumpah sudah air matanya. Tiap hari selalu sama, selalu seperti ini dan terus menerus selama seminggu. Shafa akan meminta maaf dan menangis dalam pelukan Mommy.
Mommy mengelus punggung Shafa, "Bukan salah kamu sayang... udah yah, nangis terus tiap hari..."
Shafa sesenggukan. "Kalau aja malem itu Shafa gak maksa pulang.. adzlan pasti baik baik aja mom sekarang.." gumamnya sambil menatap Adzlan sendu.
Mommy tersenyum, membelai surai panjang hitamnya. "Udah, jangan salahin diri kamu sendiri. Shalat dulu sana, udah mau masuk ashar,"
Shafa menghapus air mata, lalu mengangguk dan tersenyum kecil. Ia mengambil mukena dalam tasnya lalu berjalan keluar kamar. Menuju musala yang bersebelahan dengan taman
Sepuluh menit berlalu, setelah salat dan menangisi Adzlan dalam doanya, Shafa berjalan kembali keruangan
Melihat ada bangku kosong dekat pohon, Shafa mendekat, mendudukan diri disana dan termenung lagi dalam perasaan bersalah.
Selain perasaan bersalah, hatinya juga makin menambah masalah, pake teriak rindu lah.. kangen lah.. membuat Shafa pusing sendiri
Sejak mengenal Adzlan, hidupnya memang berubah, lebih bebas dan lepas. Lebih banyak tawa dan kenangan serta penuh kejutan dan kebobrokan.
Ia tersenyum sambil sesekali mengusap air matanya, mulai melangkahkan kaki kembali ke kamar. hati dan pikirannya kembali ia kokohkan, berfikir positif. Bahwa Adzlan akan bangun dan baik baik saja setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels | END
Teen FictionIni kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 10 ipa 1 "Inget bep! Lo tuh milik gue, gak akan ada yang bisa apalagi boleh milikin lo, selain gue. orang lo terlahir dari tulang rusuk gue." Adzlan Raflangkasa. Cowok selengan dengan paras tampan, senyu...