Ya Allah makin tepos

5.4K 418 35
                                    

Boommm!
Happr reading

Motor Adzlan berhenti tepat di depan Shafa, kaca helm nya dibuka. Wajahnya langsung sumringah saat Shafa nyosor memeluknya

"Ajlaaaaan!" Jerit Shafa kangen.

Satu minggu di liburan pertama, Adzlan diminta Daddynya untuk mengurus beberapa
Cabang Angkasa'corps di barcelona. Dengan penuh drama dan juga ancaman Shafa akhirnya Adzlan mau untuk ldr sementara selama satu minggu.

Adzlan mengangkat Shafa, lalu di dudukan di tangki bensin motornya. "Rindu bep! Yaallah rindu," memeluk Shafa erat, Shafa terkekeh ia juga balas memeluk Adzlan tak kalah erat.

"Bodoamat! 24 jam full! No perdebatan! No kecot kecotan," Shafa mengangguk setuju. Ia memeluk Adzlan lagi.

Adzlan menatap Shafa dalam, terpesona akan segala kenaturalan yang ada pada pacarnya. "Gimana di sana? Lancar?" Tanya Shafa penasaran

Adzlan mengangguk, dengan tatapan mata masih sedalam tadi. lamat, lekat Adzlan menatap Shafa. Membuat pipi Shafa memerah seketika, "Jangan liatin begitu ih!"

"Gapapa ih!" Jawab Adzlan menirukan Shafa,

Shafa menutup wajahnya malu. Si bucin sableng ini kadang kadang memang suka membuat jantungnya hilang kendali macem saat ini. "Ku kira, odading mang oleh." Cetus Adzlan tiba tiba sambil merebut tangan Shafa, lalu mengecup pergelangannya berkali kali.

Cup cup cup cup cup

"Ternyata oh darling my onlyeeeeh," Shafa terbahak mendengarnya. "Goblok!" Gemas Shafa menjewel kedua pipi Adzlan. Dasar sableng! Bisaaan aja nemu kalimatnya.

Tatapan Adzlan turun, menatap datar perban yang masih terus melekat di leher Shafa. Pandangannya langsung kosong, seharusnya ia membuat perhitungan yang lebih dari itu oada Dega.

Adzlan mengalihkan tatapannya dari leher Shafa, makin di tatap perban itu, makin pula emosinya mengumpul. Rahangnya mengeras tiap mengingat kejadian itu.

Sementara Dega sendiri, masih di nyatakan koma. setelah kurang lebih satu bulan yang lalu sejak Adzlan menghajarnya terkahir kali

Shafa sadar, dengan perlahan ia mengusap rahang Adzlan membawa matanya bertatapan langsung pada nya. "Udah ya jlan... udah..." ujar Shafa menenangkan

Adzlan diam, ia membuang nafas dan meraup wajahnya untuk menghilangkan emosi. "Ayo deh jalan! Tuan putri mau kemana??" Tanya Adzlan

Shafa mengetuk dagunya beberapa kali, nampak berfikir. Adzlan terdiam nampak termenung, ia mencoba berfikir kenapa hanya melihat raut wajah Shafa yang bermacam macam bisa membuatnya bahagia seharian?

Ia berdecak, mengakui sekaligus menyoraki dirinya sendiri yang terlampau bucin pada Shafa. "Kemana aja deh, seterah."

"Kimini iji dih, sitirih." Ejek Adzlan. "Kagak ada tempat seterah! Buruan!" Adzlan paling kesal kalau kalau Shafa sudah menyebutkan kata andalan perempuan.

Karna nanti ujung ujungnya, saat Adzlan yang menentukan tempatnya, Shafa yang akan menetapkan pilihannya. "Iyadah yadah liat nanti, jalan aja dulu ayo."

"Kagak! Ganti baju, kedalem! apaan si make baju beginian?! Pundak kemana mana, agak ngetat lagi! Mending gede, tepos juga!" Shafa melotot tidak terima, namun perkataan Adzlan semuanya kenyataan.

Shafa merengut kesal, namun takut karna tatapan tajam Adzlan. Pernah waktu itu, Shafa memakai pakaian minim Adzlan ngambek satu minggu, padahal saat itu mereka belum pacaran

Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang