#KesianAjlan

10.7K 926 21
                                    

Jiakkkkkhhh update lagi gue brayyy
Happy weekend semua.
Jujurly gue prihatin bgt liat anak yg sekolahnya hari sabtu masih pramuka.

Kek .... gws deh anjg wkwkkwkwk
Kesian bangett weekend di pake ama pramuka.

Tabahh bestieee tabahh
Akowkwowkowoakoakwowkw

Kicauan burung dan sinar mentari yang mulai meninggi, tak mengurungkan niat gadis berbandana biru ini untuk pergi.

Sejak pukul 5 pagi, Shafa sudah duduk disini, di bangku tunggu bandara seorang diri. Membawa kotak kecil berwarna hitam dan ponsel yang terus menerus ia genggam.

Senyumnya mengembang, karna hari ini mungkin akan menjadi hari yang special untuknya. Shafa bahkan menorehkan beberapa jenis make up ke wajahnya membuatnya jauh terlihat lebih dewasa.

“Sekitar jam 7.45 aku sampai.” Pesan singkat itu membuat senyum Shafa tak bisa di hentikan.

pukul 8.45

Shafa masih setia menunggu.

pukul 9.45

Shafa hanya bisa menunggu.

pukul 10.45

Shafa terus menunggu.

“Lo pasti dateng kan Ga, pasti!” Shafa bergumam pelan, meyakinkan dirinya sendiri akan hal yang tidak jelas kebenarannya.

12 jam berlalu, seseorang yang Shafa tunggu tak kunjung datang padanya, tak kunjung memberinya kejelasan bahkan sekedar lewat pesan.

Sudah ratusan pesan ia kirim, puluhan panggilan Shafa lakukan. Namun yang dapat ia terima adalah pemberitahuan bahwa pengguna nomor ini sudah menonaktifkan masa kartunya.

Air mata gadis itu sudah menggenang di pelupuk mata, tubuhnya sudah lelah bahkan rasanya untuk bangkit dari duduk pun ia tak bisa.

Sekali lagi Shafa mencoba mengedarkan mata, berharap ada keajaiban yang membuatnya lupa akan rasa kecewa.

“Mi bentar ya, Adzlan mau beli minum.” suara yang tak asing di telinganya, membuat Shafa buru buru menundukan kepala.

Air matanya langsung jatuh, pertahanannya pun tak bisa di bendung lagi. Isakan kecilnya justru membuat langkah laki laki yang Shafa hindari justru terhenti.

Adzlan menoleh sekilas, memperhatikan gadis mungil ini dengan seksama. “Loh mirip ayang?” Adzlan panik sendiri, langsung duduk di sebelah Shafa sambil membenarkan rambut Shafa yang menutupi wajahnya. "Lahh bener!"

“Bep? Lo kenapa?” Adzlan menurunkan nada bicarannya, menatap mata Shafa yang terus mengeluarkan cairan dengan pandangan nyalang.

“Hey? Kenapa? Lagi nunggu siapa? Kok sendirian? Apa ada yang pergi?” pertanyaan beruntun dari Adzlan membuat isak tangis Shafa justru makin kencang.

“Yah ….. makin kenceng,” Adzlan panik, mengusap wajahnya yang turut Khawatir akan keadaan Shafa.

Laki laki itu gelisah sendiri, apalagi melihat Shafa yang sudah mirip mayat hidup, membuat dirinya entah kenapa panik setengah mati.

“Aduh bep, panas ini!” beberapa kali punggung tangan Adzlan menyentuh pipi Shafa dengan sangat pelan.

Shafa masih terisak, mengusap air mata dengan sia sia. Cairan itu justru semakin deras keluar tanpa diminta. “Harus di peluk sih ini kayaknya,” gumam Adzlan pelan yang sebenarnya masih bisa Shafa dengar.

“Tapi gak sopan ah main peluk peluk mah,”

“Tapi kan niatnya baik, mau nenangin.”

“Tapi … ngamuk gak ya kalo langsung gue peluk?” Adzlan bermonolog.

Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang