Keputusan mutlak

5.7K 415 22
                                    



Yow happy reading  h-1 part ending anjayyy wkwk


Gadis dengan dress merah maroon selutut sedang duduk sendiri, menunggu kedatangan seseorang yang telah membuatnya seperti ini. "Kenapa ra?" Akhirnya yang ditunggu datang juga.

Tara menatap cowok di hadapannya dengan hampa. "Gua hamil." Cowok itu tertawa nyaring, matanya bahkan menghilang

"Gausah bercanda ra,"

"Gua serius Al,"

"Ini anak lo," kini cowok itu menggeleng pias

"Gak mungkin gua hamilin lu ra, aneh aja!" Kilah cowok itu, wajahnya mulai panik saat melihat raut muka Tara serius dan tidak sedang bercanda. "ini kejadian karna acara malem itu."

"Gak mungkin lah! Gua pake pengaman waktu itu!"

Tara mengedikkan bahunya acuh. "Lu harus tanggung jawab!" Cowok itu malah menggeleng enggan.

"Gak mau! Gua gak mau nikah muda! Gua masih mau nikmatin masa remaja gue!"

Tara mulai berlinangan air mata. Dada nya sesak. Ia merasa di buang, sudah mengecewakan keluarganya. Dan sekarang bapak dari anak di kandungannya pun enggan menerimanya.

"Lu pikir gue mau sama semua ini? Gua juga sama al, gua masih mau nikmatin masa remaja gue! Bukan harus ngerasain punya anak di umur segini!" Air mata nya tumpah, tangisannya pecah dan nyaring kemana mana.

"Gini ra, mending lu gugurin ya?"

"Gila lu hah?! Kita udah dosa karna malam itu, lu mau nambah dosa? Gugurin anak yang gak punya salah." Tara makin terisak.

"Masih mikir dosa Lu? Pas bikin engga mikir, gugurin cara terbaik ra," cowok itu bersikukuh, ia mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya dan memberikan pada Tara.

"Ini buat biayanya." Tara masih terdiam dengan tangis yang tiada hentinya.

Melihat Tara yang tiada menjawab membuatnya beranjak pergi, meninggalkan Tara yang menangis dan meraung sendiri di bangku taman sore ini.

oO○Oo

Shafa menahan tangan Adzlan,  ia menggeleng enggan untuk pulang. Mereka sudah berada tepat di gerbang depan rumah Shafa, karna papahnya menelpon mereka untuk memulangkan Shafa. "Perasaan gue gak enak jlan.."

Adzlan mengelus kepalanya, memberikan senyum penenang dan menyeret Shafa masuk ke rumahnya.

Didepan gerbang Tama berdiri tegap, menunggu mereka datang. Seulas senyum dan sapaan singkat menjadi pembuka yang hangat bagi Adzlan. "Makasi udah jagain anak om ya dzlan."

Adzlan mengangguk mantap. "Kewajiban calon suami om itu mah," canda Adzlan

Tama terkekeh, ia mengarahkan pandangannya menuju Shafa. Shafa menggeleng kuat begitu matanya bersibobrok dengan Tama. "Aku, gak akan nerima perintah apapun dari papah," cetus Shafa langsung.

Tama menghela nafasnya ia menundukan kepala. "Dzlan.... om mau kamu selesain hubungan kalian ." Bagai mendapat pukulan telak, Adzlan benar benar terkejut. Ia panik sendiri. Ini kenapa?!!

"Hah??! Kenapa om? Kok?"

"Nggak!" Tolak Shafa langsung ia mengamit lengan Adzlan dan memeluknya erat. "Nggak pah nggak akan." Tambah Shafa lagi

"Maaf om, tapi kenapa ya?" Adzlan baru mampu bersuara. Tama memejamkan matanya, ia juga agak berat agaknya.

"Om gak mau ada kasus tara untuk kedua kali, kita bakal pindah rumah, Shafa juga akan home scholling." Shafa membelalak matanya, ini yang paling ia benci ketika Tara sudah membuat masalah

Seluruhnya akan berimbas pada Shafa. "Pah!" Baru Shafa akan menyela Tama langsung memotong ucapannya. "Gak ada bantahan Shafa! Ini mutlak, ini cara papah jaga kamu, papah gak mau jadi orang tua gagal lagi. Cukup Tara, jangan Kamu!"

"Shafa bukan Tara pah!" Dengan suara bergetar Shafa balas membentak Tama. Nafasnya tersenggal senggal. "Aku bukan kak tara pah...." satu tetes air matanya meluruh ke pipi

"Dari dulu selalu kaya gini, selalu aku yang dapet imbas. Masalah kak tara ya masalah dia pah! Gak usah sangkut pautin hubungan Shafa sama Adzlan sama masalah kak Tara!" Shafa muak, ia benar benar lelah.

"Om, tapi adzlan gak pernah aneh aneh ke Shafa om. Adzlan gak pernah ada niatan sekalipun om buat ngerusak Shafa." Adzlan ikut membela, ia takut sendiri melihat aura Tama yang seperti ini.

"Mau apapun dan gimanapun, ini udah keputusan mutlak. Selesain hubungan kalian baik baik. Sekarang kamu ada di bawah kontrol papah sepenuhnya fa!" Tama menarik Shafa paksa, dan menutup gerbangnya. Mengabaikan teriakan Adzlan yang twrus meminta penjelasan lebih.

"Masuk fa!"

"Egois!" Tangis Shafa pecah. "Shafa bukan Tara pah! Dan Adzlan bukan Dega! Jangan nyamaratain hubungan sehat kita, sama hubungan kotor mereka!"

Adzlan frustasi sendiri, 3 jam lamanya ia berdiri, menggedor gerbang rumah Shafa dan meneriaki namanya.  Namun tidak ada sahutan apalagi jawaban, semuanya benar benar di titah untuk mengabaikannya

Bahkan pesan pesannya sudah tidak dapat mengirim, seluruh akses media Shafa di reset Tama. Adzlan bahkan tidak dapat menemukannya lagi.

"Bangsat!"

______________________________________

...bersambung...

Adzlan Raflangkasa

Shafana Azalea Aditama
Layla almira raskara
Vanny putri orlando
Tiara arska adijaya
Ayana alicia eralstone
Raja adlentyo
Radhika adam jorip
Allrio ravki pratama
Galeaqila Wdyatmaja
Naufarya alphatana
Rayyan yazid
Ralland arphin maldrick
Alvaro ricky sanjaya
Dega rahadrian

•○•

Klik bintangnya! makasi :))

Huuuu see you
Next chapt is ending
Yeheyyy

Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang