Tau dah...

4.4K 396 15
                                    

Once again, i wanna telling you.
"Bucin" itu teenfiction dengan genre 88% comedy yaaa .... dont expect too much wkwkwk.
Karna ini cerita, ringan, yang lucu dan absurd.

Happy reading!

"Dega kan kak?" Tanya Shafa langsung, saat membuka kamar kakaknya. Tara menanggapi pertanyaan adiknya dengan sunggingan senyum sinis.

"Apa peduli lu?" Balas Tara.

"Sadar kak? Lu ngomong gitu? Jelas gue peduli lah! Dega kan kak?!" Desak shafa

"Bilang sama gue, Dega kan bapak anak itu?" Shafa memaksa Tara untuk jujur padanya. Shafa sendiri sudah mengumpat sedemikian rupa dalam hatinya

Dega memang gila! Sudah gila dan benar benar gila!

Dulu dia meninggalkannya demi Tara, setelah itu malah merusak Tara, lalu balik pada Shafa dan hampir merusak Shafa pula?!

Gila! Dega gila!

"Keluar fa," dan Tara malah mengusirnya. Shafa terdiam di tempatnya. "Tapi ini buat kebaikan kak Tara! Dega harus tanggung jawab! Dega harus berani nangung kesalahannya." 

Prangg

Seluruh benda yang ada di atas meja rias Tara lempar. "lu gak bakal ngerti kalo ada di posisi gua Shafa!" Bentak Tara tiba tiba. sambil melempari benda benda yang ada di tangannya lalu menangis keras

Shafa masih diam di tempatnya. Menyaksikan semua, dirinya masih dalam mode terkejut. "Lu gak bakal tau gimana rasanya jadi gue fa!!" Tara terisak hebat. Lengannya sudah penuh dengan darah

Banyak pecahan benda di kedua lengannya. Shafa mendekat memeluk kakak perempuan satu satunya.

Melihat Tara yang seperti ini, Shafa jadi merasaakan sakitnya juga. Terlebih lagi tadi Tama benar benar membentat dan memaki nya habis habisan. "Gua tau rasanya kak,"

Tara memberontak dan melepas pelukan Shafa secara paksa. "Tau apa lu soal rasa sakit? Hah?!"

Mendorong Shafa hingga terjatuh ke lantai.
"Gara gara lu dega pergi ninggalin gue!" Tara memukuli Shafa, matanya dipenuhi kilat amarah.

"Gara gara lu semuanya berantakan! Semuanya hancur! Itu gara gara lu Shafa!"

Naik dari level memaki dan memukul, Tara bahkan mulai berani melempari Shafa barang barang yang berserakan. Hingga mengenai kepala Shafa. "Kalo bukan karna lu! Gua sama dega itu baik baik aja, kalo bukan karna lu, semua ini gak bakal pernah terjadi! Anjing!"

Shafa diam tidak berkutik, dirinya masih dijadikan samsak pukulannya Tara sedari tadi. Masih linglung akan semuanya.

Gara gara dia? Dega pergi dari Tara gara gara Shafa?

Bukannya Dega yang meninggalkan Shafa seenaknya demi Tara?

Shafa diam masih bingung dengan semuanya. Hingga pintu dibuka menampilkan sosok ibu mereka berdua. "Yaampun tara, sadar nak," Viola memeluk Tara yang masih saja melempari Shafa barang barang.

Tama sendiri menghampiri Shafa mengecek keadaan anaknya yang satu lagi. "Kamu gak papa fa?" Shafa menggeleng, ia mengerjap untuk menghalau air matanya yang ingin turun.

"Ra, kamu kenapa? Shafa itu niatnya baik, kenapa kamu malah marah ke dia?" Tama heran, Tara tersenyum sinis dari balik tangisannya.

"Pah, pah udah. Shafa gapapa, kak Tara gak salah pah," Shafa menahan Tama agar tidak lagi memarahi Tara. Shafa cukup paham tempramentalnya Tara saat ini juga pasti karna depresi. Karna anak dalam kandungannya juga. 

Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang