Happy readinggg brayy
■
■
■"Wahh .... cantik banget anjir fa, warnanya!"
"Ada ukiran nama lo fa!"
"Wooaah! Coba kameranya coba!"
"Kamera belakangnya tes dah bagus banget pasti!"
Shafa menghembuskan napasnya kesal, pening sendiri mendengar kehebohan teman temannya tentang ponsel mewah ini. "Bersyukur lo! Muka gak ada seneng senengnya!"
Shafa merotasi matanya, merebut ponsel itu dari tangan Layla yang sudah berpose. "Yahh elah lo! Udah cantik itu gue, udah simetris!" kesal Layla.
Shafa tak memperdulikan ocehan Layla. Ia lebih memilih meneliti ponsel itu dengan perlahan, menelusuri tepi tepi ponsel itu dengan seksama.
"Lo ngapain sih?"
"Gue curiga si sinting itu naro alat penyadap, atau kamera tersembunyi." jelas Shafa membuat Vanny dan Layla agak setuju. Namun di menit ke lima penelusuran Shafa, ia tak menemukan hal aneh sama sekali, ini sama seperti ponsel pada umumnya.
"Kok gak ada sih!" kesal Shafa.
"Ya berarti emang gak ada!" Layla kembali merebut ponsel itu, bersiap melakukan pose untuk yang keduakalinya. "Gue tetep curiga. dia pasti modifikasi hape ini." Shafa mengangguk dengan yakin.
Mobil berhenti, mereka sudah tiba di SMA Angkasa. Shafa kembali merebut ponsel itu dari tangan Layla yang tinggal sedikit lagi akan berhasil mengambil gambar dari angle sempurna.
"Gue harus balikin hape ini!" ucapnya. Setelah itu Shafa turun lebih dulu. Meninggalkan Layla yang masih terdiam dengan bibir monyongnya.
"Anak anjing!"
Vanny menepuk pundak Layla dua kali, "Awas sumbing!" selepas itu Vanny turun.
"Anak setan!"
******
Adzlan mondar mandir di tepi lapangan, netranya selalu melihat kearah pintu dengan perasaan berdebar. "1 ...2 ... 3 ... " Gumamnya berhitung. Dan tepat ketika hitungan ketigapintu lapangan futsal di buka dengan kencang.
Shafa datang dengan alis menaut lucu, menghampirinya dengan langkah kaki yang di hentak dengan keras.
"Eh pacar! Pagi pacar!" sapa Adzlan dengan girang begitu Shafa sudah berdiri tepat di depannya.
Shafa tak menjawab, perempuan itu justru mengamit tangan Adzan dan mengembalikan ponsel yang tadi ia berikan.
"Gue bisa beli sendiri!"
"Gue gak bilang lo gak bisa beli bep, gue cuman menjalankan kewajiban sebagai calon suami lo, menafkahi istrinya yang kayak bayi." jelas Adzlan di barengi kekehan, gemas melihat tampilan Shafa pagi ini.
Rambutnya yang di kepang kecil diatas dan di pasang beberpa pita berwarna baby blue.
"Cantik banget sih, lo harus jadi jodoh gue ya bep ya! Awas aja kalo kita gak jodoh." tekan Adzlan
"Rrrrgghh," Shafa hanya menggeram, malas menanggapi lebih lanjut omongan menjijikan Adzlan yang akhir akhir ini selalu di lontarkan kepadannya.
Shafa memutuskan untuk pergi secepatnya. Namun langkahnya jelas di tahan Adzlan.
"Ayang udah sarapan belom? Mau sarapan bareng gak?" cecar Adzlan tak lupa dengan senyum manisnya yang selalu ia tampilkan.
Shafa menghibaskan kedua tangannya kewajah, mengirimkan angin kecil guna meredakan sedikit amarahnya.
Dengan tenaga dalam, Shafa melepas paksa genggaman tangan Adzlan, lalu tersenyum memaksa. "Udah, gue udah sarapan, udah kenyang malah! Malah nih, saking kenyangnya sampe gumoh gue, gumoh gara gara denger suara lo!"
Adzlan ngakak.
"Ketawa lo!""Ya lagian lo lucu banget! Jadi cewek gue yuk!"
"Gak dulu," Shafa mencari celah agar dapat keluar, namun Adzlan dengan kelincahannya mampu menutup seluruh langkah Shafa.
"Minggir gak lo!"
"Ayolah bep! jadi cewek gue, enak sumpah! Jajan terus, checkout shopee setiap hari, jalan jalan, dan lain lain. Di jamin lo gak bakal bosen, yang ada tiap harinya makin bahagia, sering tertawa karna punya cowok model gue." dengan pedenya Adzlan bercerita, menawarkan sebuah harga dan ke istimewahan ketika menjadi pacar seorang 'Adzlan'
Shafa menggosok teingannya beberapa kali, panas mendengar janji janji buaya yang Adzlan promosikan padanya.
"Bentar dulu! Nih ya, Gue itu gak tahu lo siapa, gue juga gak kenal lo, gak niat juga gue buat tahu lebih lanjut tentang lo! 3 hari gue disini lo terus maksa gue buat jadian sama lo, coba lo pikir pake otak waras lo, apa gak gila?" Tanya Shafa.
Adzlan dengan yakin menggeleng. "Nggak gila sama sekali, karna kita itu jodoh bep!" Adzlan bersikukuh, meyakinkan pendapatnya bahwa mereka adalah takdir tuhan yang mahakuasa.
Shafa tersenyum, mengangguk yakin. Mengajak orang gila untukberdiskusi memang pilihan yang salah.
*******
Suara bel sudah berbunyi 3 menit yang lalu, Shafa telat masuk kelas, ia mengintip dari selah kaca, Vanny dan Layla sudah duduk tenang disana.
"Kan! Gara gara si sinting kan!" kesal Shafa, ia menarik napasnya dan menghembuskannya dengan tenang.
"Ayo fa, gak papa. Lo anak baru!" ujarnya santai, setelah itu Shafa absen lebih dulu, menggunakan sensor finger print di sebelah pintu, pintu kaca itu otomatis terbuka.
Semua mata langsung terpusat padanya.
Shafa menampilkan senyum manisnya, menghampiri guru yang sedang duduk di meja. "Maaf pak, saya telat. Belum hafal letak kelasnya."
Guru itu mengangguk paham. "Silahkan, sebelum duduk, perkenalkan diri dulu."
Shafa dengan senang hati mengangguk. Ia menghadap ke arah teman temannya, tersenyum ramah. "Hallo semua, salamkenal! Gue Shafana Azalea, panggi aja Shafa. Gue pindahan jayakusuma, mohon bantuannya ya,"
Banyak sapaan hangat yang Shafa terima, juga wajah wajah ramah yang tersenyum menyambutnya. Dan yang terpenting kelas ini aman dari seorang Adzlan.
"Accepted!"
Suara monitor pintu kelas kembali mengalihkan asistensi mereka dari Shafa. "Emang ada anak baru lagi?" tanya pak Yoyo. Satu kelas menggeleng. Dari lorong pintu, Adzlan muncul. mengenakan kacamata hitam dan jas yang hanya disampirkan di bahunya.
"Hallo ayangg!"
.... bersambung ....
Adzlan Raflangkasa
•
Shafana Azalea
Layla Almira Raskara
Vanny SaputriKomen yang banyak nanti malem up lagi
See you malemmm ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels | END
Roman pour AdolescentsIni kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 10 ipa 1 "Inget bep! Lo tuh milik gue, gak akan ada yang bisa apalagi boleh milikin lo, selain gue. orang lo terlahir dari tulang rusuk gue." Adzlan Raflangkasa. Cowok selengan dengan paras tampan, senyu...