Chapter 11

1.2K 149 7
                                    


Jangan lupa VOTE sebelum dibaca.

Happy reading.







Dimalam hari yang gelap seorang gadis duduk dimeja belajar yang ada didalam sebuah kamar tidur. jam telah menunjukkan jam 02:00 a.m.

Duduk dengan tatapan kosong entah apa yang sedang gadis itu pikirkan.

Setelah cukup lama dengan pikirannya gadis itu pun menoleh kearah bingkai foto yang berada dimeja belajar tersebut. Gadis itu itu mengambil foto tersebut dan menatapnya dengan pandangan sendu.

***
Disebuah kamar terdapat 3 orang didalamnya yang duduk disebuah tempat tidur. Memakai pakaian serba putih. 3 orang tersebut adalah Arrumi, dan kedua orang tuanya

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi? kenapa kakakmu bisa pulang dengan keadaan yang sudah tidak bernyawa ?"
Tanya Marsha dengan lembut pada putrinya yang menangis didalam pelukannya.

Arrumi tidak menjawab ia hanya terus menangis dipelukan Mamanya.

"Katakan sesuatu, apa yang terjadi dengan kakakmu. apa ada yang membunuhnya ?" kali ini papa Gio lah yang bertanya.

"Arrumi tidak tau.. hiks..hiks.. setelah Arrumi masuk kedalam club' tersebut kak leo sudah tidak bernyawa akibat luka tembak hiks hiks" Jawab Arrumi sambil menangis.

"Lalu untuk apa kalian berada diclub ?" Tanya Gio sekali lagi.

"Kak Leo ingin membawa Arrumi kesuatu tempat, tapi setelah didepan club' kak leo berhenti dan menyuruh Arrumi untuk tetap berada didalam mobil. Tapi setelah cukup lama Arrumi menunggu, Arrumi mencoba masuk kedalam club' tersebut. dan Arrumi melihat kak Leo yang sudah..."
Arrumi tidak bisa melanjutkan ucapannya karena ia tak kuasa untuk mengatakan nya.

Marsha mengelus punggung putrinya dengan lembut.
"Sudah, sudah cukup. berhenti menangis" Ucap Marsha mencoba untuk menenangkan putrinya.

Gio menatap Arrumi dan sedetik kemudian ia menghampiri putrinya. dan membawanya kedalam pelukannya.
"Sudah jangan menangis, kau tidak bersalah. ikhlaskan kakakmu" Ucap Gio dengan lembut sambil mencium kepala putrinya.

Bukannya berhenti menangis, Arrumi justru malah semakin menangis saat berada dipelukan Papa nya.

"Sudah, sudah, hapus air matamu. kita harus segera memakamkan jenazah kakakmu" Ucap Gio pada putrinya.
***

Arrumi menatap foto keluarganya dan mengelusnya dengan lembut. Foto yang didalamnya ada dirinya, kakaknya dan kedua orang tuanya

"Aku tidak tau apa yang sudah terjadi dengan ku waktu itu, sampai harus menutupi kebenarannya" Ucap Arrumi dengan sendu.

"Tapi hatiku terus menolak kenyataan kalau bukan dia lah yang membunuh kakakku" Ucap Arrumi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Hatiku terus berkata bahwa dia tidak bersalah" Ucap Arrumi lirih, dan sedetik kemudian air matanya menetes.

"Hatiku terus berkata bahwa dia tidak sejahat itu, dan aku menyadari kalau aku telah memiliki perasaan untuknya" Ucap Arrumi yang begitu sangat lirih.

"Aku mencoba untuk menolak perasaan itu, mencoba sekeras mungkin. tapi pada akhirnya rasa ini terus tumbuh setiap harinya. dan rasa sakit itu ada saat aku mendengar kalimat yang entah kenapa begitu mengiris hati" Ucap Arrumi lirih dengan Air mata yang terus menetes.

***

"Apa tidak boleh seorang kekasih mengantarkan kekasihnya bekerja...

"Kalian.. sepasang kekasih...

HANDSOME in the DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang