Chapter 17

1.2K 141 10
                                    

Happy reading.

Ammar membuka sebuah pintu kamar dengan sangat keras. lalu masuk kedalamnya. ia melihat seorang wanita yang biasa ia temui sedang berdiri menghadap jendela besi.

Wanita itu berbalik dan melihat kearah Ammar.
"Kau siapa ?" Tanya wanita itu dengan menatap Ammar.

Ammar tersenyum mengejek.
"Tidak perlu berpura-pura lagi bibi, saya sudah tau semuanya" Ucap Ammar dengan santainya.

"Saya sudah tau bahwa selama ini kau tidak benar-benar gila" Lanjut Ammar dengan wajah seriusnya.

Wanita yang dipanggil bibi oleh Ammar itu pun tersenyum.
"Jadi kau sudah tau nak, saya tidak menyangka kau akan secepat ini mengetahuinya" Jawab Wanita paruh baya itu dengan tersenyum. Lalu wanita itu pun berjalan kearah pintu dan menutupnya.

"Saya tau kau datang kesini untuk mengetahui banyak hal bukan? apa yang ingin kau ketahui ?" Tanya wanita itu dengan berjalan kearah tempat tidurnya dan duduk disana.

"Saya ingin tau kenapa kau menceritakan semuanya padaku. apa kau mengenalku bibi ?" Tanya Ammar dengan serius.

Wanita itu menatap Ammar lalu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Ya, saya mengenalmu" Jawab wanita itu.

"Pria yang sangat penting bagi putriku, yang mampu menyembunyikan kebenaran kematian kakaknya" Ucap wanita itu dengan wajah yang berubah serius.

"Kau lah yang sudah menjadi penyebab kematian putra kami Leo-

"Saya tidak pernah membunuhnya !!" Ucap Ammar dengan marah, yang langsung memotong ucapan wanita itu.

"Meskipun niat awal saya memang ingin membunuhnya tapi kematiannya saat itu bukan saya lah yang membunuhnya !! dia sendirilah yang menekan pelatuk itu dan menembakkan nya pada dirinya sendiri !!" Lanjut Ammar dengan tatapan marah.

Kini mereka saling menatap dengan tatapan yang berbeda, Ammar menatap wanita yang ia panggil bibi dengan tatapan marahnya sedangkan wanita itu menatap Ammar dengan tatapan serius. tapi sedetik kemudian terdengar suara helaan nafas dari wanita yang dipanggil bibi oleh Ammar. Wanita itu tersenyum.

"Saya tau" Ucap wanita itu dengan tersenyum.

Ammar menautkan kedua alisnya.

"Ya, saya sudah tau itu, tidak ada yang lebih mengerti seorang anak selain ibunya" Ucap Wanita itu dengan tersenyum.

"Putriku tidak akan melindungi orang yang salah, setiap malam saya selalu mendengar suara tangisan dari putri saya, dalam tangisannya dia selalu berkata, Aku tau, aku salah telah telah menyembunyikan kebenarannya, tapi aku pun tau jika Ammar tidak melakukannya, dia tidak bersalah" Ucap wanita paruh baya itu sambil tatapan sendu.

"Waktu itu saya tidak tau siapa orang yang bernama Ammar. tapi saya mengerti satu hal, tidak ada orang yang begitu sangat perduli, jika orang itu tidak memiliki perasaan untuk orang yang kita lindungi" Lanjut wanita itu dengan tersenyum. lalu ia pun menatap Ammar yang berdiri dihadapannya.

"Dan sekarang saya sudah tau, orang yang begitu sangat dicintai oleh putri saya, saat ini, sedang berdiri dihadapan saya" Ucap wanita itu sambil menatap wajah Ammar dengan mata yang berkaca-kaca.

Lalu kemudian wanita itu berdiri dihadapan Ammar dan berlutut dibawahnya. membuat Ammar membelalakkan matanya terkejut.

"Tolong selamatkan putri saya, tolong selamatkan Arrumi, hidupnya dalam bahaya. Tolong selamatkan dia" Ucap Wanita itu dengan berlutut dibawah Ammar.

Ya, wanita paruh baya yang dipanggil bibi oleh Ammar itu adalah Marsha Barack, ibu Arrumi.

Ammar langsung berjongkok dan membawa Marsha untuk berdiri.
"Tidak bibi jangan lakukan itu, berdirilah" Ucap Ammar dengan membantu Marsha untuk berdiri.

HANDSOME in the DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang