51. PURPLE HYACINTH

227 16 2
                                    

☯ HAPPY READING☯

Bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, kendati demikian, tiga gadis berparas ayu itu masih bertahan di tempat, seolah enggan kembali .

Sebagai teman sebangku yang peka dan perhatian, Soraya menoel hidung Keyla yang tampak tak mood sejak tadi pagi. "Are you okey, sist?"

Keyla menjauhkan jari sahabatnya sedikit kasar. Lalu pada sekon berikutnya, dia menidurkan kepala pada meja tanpa semangat. "Gue badmood banget."

"Oh, why? Tell me if you want, sist." Gadis yang satunya lagi ikut bergabung, menarik kursi di depan Keyla dan duduk di sana sambil menopang dagu.

"Gue dibatasi buat pakai mobil, dan lebih parahnya lagi uang jajan gue dipotong sama papa. Asli, gue nggak habis pikir kesialan apa yang udah bikin gue kayak gini." Setelah berkata demikian Keyla mengusap wajahnya frustasi.

"Utututu, kasian banget sih Keyla sayang." Bukannya berempati, Illy malah mencubit dua pipi sahabatnya gemas. Baginya, fenomena dimana Keyla merengek seperti tadi adalah salah satu spot paling lucu di dunia.

"Lo mah apaan sih!"

Soraya menginterupsi pertengkaran mereka dengan sebuah pertanyaan."Kok bisa sampai gitu sih, La?"

"Gara-gara kemarin gue pulang larut sehabis pesta sama sepupu gue. Hiks, ntar gue nggak bisa kemana-mana dengan bebas, terus gue harus irit uang. Gue harus kurangin jajan dong?! Gimana ini? Bantuin gue buat bilang ke papa." Keyla mulai bertingkah lebay, berseru histeris seolah besok adalah hari terakhirnya hidup sembari mengguncang tubuh Soraya keras.

Soraya mencoba menahan kesabaran karena rambutnya jadi berantakan. Keyla mengguncangnya dengan tak berperasaan. Netra gelapnya bergulir menatap arloji yang terpasang di pergelangan tangan, sedetik kemudian dia melepas tangan Keyla dan pergi tanpa sepatah kata.

Soraya mempercepat langkahnya setelah tau dia menghabiskan waktu cukup banyak di kelas. Seperti yang sudah dijadwalkan tadi pagi, dia harus bertemu dengan Leon sebelum laki-laki itu berangkat ke rumah sakit. Soraya mengedarkan pandangannya ketika sampai di parkiran, dia menghela napas lega ketika mendapati motor Leon masih ada. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Leon di parkiran sambil memainkan ponselnya.

Tak berselang lama Leon datang. Dia tersenyum kikuk. "Sorry jadi bikin lo nunggu lama, gue habis ngumpulin tugas."

"Ah santai, gue juga baru sampai. Eung, lo bisa ke rumah dulu nggak? Ada yang mau gue titipin."

Laki-laki itu segera menyetujui permintaan si gadis tanpa pikir panjang. Lelaki itu naik ke motornya setelah Soraya masuk ke dalam mobil.

Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu banyak menit, keduanya sampai di rumah si gadis. Leon menunggu Soraya di ruang tamu dengan netra yang sibuk memindai setiap sudut rumah.

"Leon!" Soraya datang sambil membawa sekotak bekal. "Gue minta tolong ke lo buat ngasih ini ke Rafael yah! Kalau Rafael belum boleh makan kayak gini, lo aja yang makan."

Leon menerima kotak itu sambil mengangguk. "Lo masih belum diterima sama Rafael?"

Perempuan itu tersenyum getir. "Belum."

"Sebenarnya kalian ada masalah apa sih? Gue boleh tau?" tanya Leon hati-hati.

Di sekon berikutnya sang gadis menatap mata si taruna sambil menimang-nimang keputusan paling bijak. Dari jejeran sahabatnya, tidak ada yang tahu tentang duduk masalah perihal hubungannya dengan Rafael. Mungkin Leon adalah orang paling tepat untuk diajak berbagi pendapat, tapi Soraya tidak akan berbohong jika sebenarnya dia takut Leon akan memihak Rafael.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang