☯HAPPY READING☯
Semenjak kejadian kemarin, hubungan Soraya dan Rafael merenggang. Semalam, Rafael terus meminta maaf dan bersikeras mengajak bertemu, tapi Soraya tidak menggubrisnya sama sekali. Entah mengapa, rasa sakit itu masih menancap indah di hati Soraya.
Soraya memandang langit yang sedikit mendung dari halte bis. Melukis harapan dalam imajinasinya. Telinganya ia sumpal dengan earphone yang memutar lagu favoritnya.
Soraya kemudian menutup mata, sengaja untuk menikmati kesejukan yang tercipta karena mendung melanda. Kedua tangannya ia gunakan untuk menyangga badan. Ia harap setelah ini dia bisa menghilangkan rasa sakit itu walau sedikit.
Imajinasi yang dibangun Soraya seketika buyar ketika dirinya merasakan kehadiran seseorang. Soraya menoleh lalu mengembangkan senyumnya. Dia bergeser untuk memberi ruang pada orang itu.
Orang tersebut melebarkan bibirnya, membalas senyum Soraya kemudian duduk di samping si gadis.
Lima menit kemudian bis yang ditunggu Soraya terlihat dari kejauhan. Dia segera berdiri, menatap kendaraan itu penuh binar.
"Naik bus ini?"
Soraya menoleh sedikit terkejut, lalu cepat-cepat tersenyum untuk mengurangi kecanggungan. "Iya."
"Wah kebetulan, kita sama."
Soraya mengangguk saja, bingung hendak merespon. Terlebih laki-laki yang sekarang berdiri di sampingnya ini adalah orang asing.
Si adam mempersilahkan Soraya untuk naik lebih dulu. Sesampainya di dalam, bahu si gadis langsung merosot turun ketika mengetahui semua tempat duduk penuh. Mau tak mau Soraya berdiri dan berhimpitan dengan penumpang lainnya termasuk laki-laki tadi yang tak ia sadari terus memperhatikannya.
Saat sedang asyik menikmati pemandangan jalanan kota Jakarta, bis yang ditumpangi Soraya mengerem mendadak membuat dirinya seketika oleng. Laki-laki tadi yang kebetulan berdiri di belakangnya pun dengan sigap menahan badan Soraya agar tidak terjatuh.
Soraya mengerjap pelan saat laki-laki itu menahan badannya. Jika dilihat dari belakang, mereka berdua terlihat seperti tengah berpelukan. "Ah, ma–makasih."
"Iya, sorry gue refleks," balas laki-laki itu sembari menarik tangannya dari pinggang Soraya.
Suasana canggung menyelimuti keduanya. Soraya kembali menatap ke depan, entah mengapa ada letupan berbeda ketika laki-laki itu menahan badannya. Sebuah pikiran aneh segera Soraya tepis mengingat dia masih memiliki hati yang harus dijaga.
Di halte berikutnya, Soraya turun yang entah kebetulan atau tidak laki-laki itu juga ikut turun. Lama-kelamaan Soraya berpikir yang tidak-tidak karena laki-laki itu terus berjalan mengikutinya. Dengan penuh tekad, Soraya memberanikan diri untuk bertanya.
"Maaf, lo mau ke taman juga?"
Laki-laki yang tengah bermain ponsel itu mendongak, dia tersenyum tipis sembari menyimpan ponselnya. "Iya. Lo juga kan? Kebetulan berarti. Ayo bareng aja!"
Soraya menelengkan kepala, merasa canggung dengan ajakan itu. Namun pada akhirnya dia mengikuti langkah laki-laki yang ia temui di halte tadi.
"Ah lupa, kita belum kenalan. Gue Arka."
Laki-laki itu tiba-tiba mengulurkan tangan sehingga mau tak mau Soraya menjabat tangannya. "Soraya."
Tanpa disangka, percakapan kemudian mengalir diantara mereka. Awalnya Arka yang mendominasi percakapan, tapi setelah Soraya merasa bahwa humor Arka sama dengannya, Soraya mulai menguasai percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Rafael Aditya, salah satu anak kesayangan semua guru. Sifatnya yang tegas membuat Rafael ditunjuk sebagai pemimpin di banyak hal. Materi dan kemewahan selalu mengikutinya. Namun, kejadian dimana dia kehilangan sebu...