53. LORONG SEKOLAH DAN DESAS-DESUS

230 14 3
                                    

⚠️LONG CHAPTER

☯HAPPY READING

Gadis itu berjalan membelah lorong sekolah yang mulai ramai dihinggapi murid lain. Suasana hatinya buruk, serupa dengan Rabu pagi yang sudah menurunkan air matanya. Meski begitu, bukan berarti senyum manis tak bisa terpatri.

Nyatanya senyum manis itu tak dapat membuat sekeliling ikut tersenyum. Murid lain membalas dengan tatapan tidak suka, membuat si gadis merasa janggal.

"Dengar-dengar Rafael kecelakaan karena ulah Soraya loh." Tak tahan memendam, seorang siswi memulai pembicaraan dengan bisikan, yang sayangnya sampai pada telinga sang gadis.

"Kasian yah Rafael, pacaran sama cewek kayak dia." Yang lain segera menyahut, seolah tidak rela ketika mulut tak ikut menyebut.

"Kalau gue jadi Rafael, mending udah gue putusin dari awal."

Senyum yang semula terpatri hilang tanpa permisi. Kepala itu menunduk dalam, mulai merenungi kalimat-kalimat yang terlontar.

"Gue kira dia anak orang baik-baik, ternyata anaknya jalang."

Saat kalimat itu menyapa rungu, sang gadis instan berbalik. Menegakkan kepala dan berjalan cepat menuju seorang siswi yang tengah bersandar pada tiang.

"Apa lo bilang?! Coba ulangi lagi!" serunya menantang.

Siswi itu berdiri tegak, melepaskan sandaran pada tiang. Rambut legamnya dihempas ke belakang lalu melayangkan senyum mengejek. "Gue kira lo anak orang baik-baik, ternyata apa guys?!"

Setelahnya gadis yang sedikit lebih pendek dari Soraya itu berbalik, menatap teman-temannya di samping.

"Anaknya jalang!" seru kedua teman siswi itu kompak.

Plak! Plak! Plak!

Emosi yang sudah berada di ujung tak dapat lagi terselamatkan. Soraya menampar mereka dengan sepasang mata yang menatap nanar.

"Gue nggak akan pernah terima ketika kalian menjelekkan orang tua gue." Soraya menunjuk wajah mereka penuh perhitungan.

Mendapat tamparan di pipi, tiga siswi itu kalah pergi. Sementara Soraya kembali melanjutkan langkah membawa luka dan amarah baru di hati.

Saat memasuki kelas, Soraya sudah disambut dengan Keyla dengan senyum terbaiknya. Dalam sekali lihat, Soraya yakin gadis itu akan memberi kabar indah. Setelah meletakkan tasnya di kursi, Soraya langsung menelungkupkan kepala di sela-sela tangan. Wajahnya muram selaras dengan suasana hati yang hancur.

"Soraya gue punya kabar bagus loh!" Tidak memedulikan temannya yang tampak muram, Keyla langsung membuka cerita.

"Apa?"

"Ih, tatap gue dong!" Keyla merengek, membuka lipatan tangan Soraya saat gadis di sampingnya tak bergerak. Kemudian dia paksa Soraya untuk menatap wajahnya.

"Oke, oke, lo mau bilang apa?"

"Akhirnya, papa udah balikin semua fasilitas gue! Sumpah, gue seneng banget, rasanya seperti anda menjadi ultramen. Mantap betul!" Gadis itu mengepalkan tangan, meninju udara, sambil berteriak gemas. Sementara di sampingnya Soraya meringis kikuk, meminta maaf pada teman sekelas yang terganggu karena ulah sahabatnya.

"Alhamdulillah, masa perbudakan gue sudah selesai." Soraya terkekeh, terdengar bercanda walau sebenarnya dia sedikit kesal karena sering disuruh ini itu oleh raden diajeng Keyla Assyifa.

Gadis yang dimaksud melanjutkan kekehan Soraya dengan tawa, lengkap dengan wajah tanpa dosa-nya.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang