24. Mon Chéri

295 21 0
                                    

☯HAPPY READING☯

Rafael sampai di Warung Bi Titik setelah bersusah payah memanjat pagar belakang sekolah. Persetan dengan peraturan sekolah dan tetek-bengeknya.

"Lo kemana aja bos? Kita dari tadi nungguin loh," tanya Daniel saat Rafael baru saja datang.

"Nyamperin ayang dulu dong, kan masih fresh," celetuk Andre.

"Jangankan satu hari, satu jam aja udah rindu banget loch." Elang menambahi, dengan aksen alay pula.

"Banyak bacot, tinggal makan doang," seru Rafael kesal.

"Bosku yang baik hati dan tidak sombong. Juga bosku yang baru saja jadian, traktir kami juga yaaa!!!!" Dari tempat duduk depan, Gilang berseru.

"Ya."

"Asekkk, kuy pesan yang banyak mumpung ada rezeki!" Gilang berseru menyuruh kelima temannya menambah pesanan masing-masing.

Rafael mendengus kesal, teman-temannya ini adalah realisasi dari definisi 'dikasih hati mintanya jantung.'

Setelah mengatakan pesanannya, Rafael kembali bergabung dengan anak Lucifer yang lain. Netranya menyisir seluruh sudut, mencari seseorang yang tak hadir.

"Leon dimana?" tanyanya masih dengan menengok kesana-kemari.

"Biasalah, OSIS."

"Dengar-dengar sih lagi nyiapin konsep buat kegiatan HUT sekolah." Elang menambahi.

"Wahhh, bakalan ramai nih!" Zidan yang baru saja masuk untuk mengembalikan piring pun ikut menyahut.

"Berdoa saja yah adikku, semoga tahun ini ada konser. Lumayan, bakal banyak cewek cantik nanti," sahut Daniel.

"Cewek terus!"

Lima menit menunggu, es teh dan semangkok soto pesanan Rafael datang. Dengan cekatan Rafael meracik bumbu dan mengaduknya. Baru saja makan sesuap, ponselnya terus bergetar menandakan telepon masuk.

Cowok itu mengumpat sambil melirik ponsel. Setelah mengetahui siapa yang menghubunginya, Rafael otomatis berhenti mengumpat. Dia memilih keluar untuk mengangkat telepon.

"Halo, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Rafael saya minta tolong kabari teman-teman basket kamu untuk berkumpul setelah istirahat kedua nanti."

Rafael mengerutkan kening bertanya-tanya apa yang akan dibahas nanti. Lebih aneh lagi, mengapa Pak Rizwan tidak menginfokan saja di grup? "Semua anggota, Pak?"

"Tidak, nanti saya kirim daftar anaknya ke kamu. Terima kasih, Rafael."

Tidak lama setelah telepon terputus, Pak Rizwan mengirim sebuah foto berisi daftar anak yang harus Rafael kumpulkan.

"Cieeee, telepon dari ayang yaaaa?????" Daniel dan Andre serempak menggoda ketika melihat Rafael kembali sehabis menjawab telepon.

"Shut up!"

Rafael kembali melanjutkan acara makannya sembari sibuk mengontak teman satu persatu demi memberikan informasi yang diminta Pak Rizwan.

"Ini, kalau kurang bilang." Selepas menandaskan makan, Rafael memberikan beberapa lembar uang pada Daniel dan pergi mengurus hal lain sesuai perintah Pak Rizwan di pesan WhatsApp.

Selepas istirahat kedua Rafael bersama Daniel pergi menuju lapangan basket indoor untuk memenuhi undangan Pak Rizwan. Rafael membiarkan Daniel pergi menemui teman yang lain, sementara dirinya memainkan ponsel yang tak tersentuh sejak jam istirahat berakhir.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang