16. SENJA YANG MALANG

291 21 0
                                    

☯HAPPY READING☯

Soraya keluar dari rumah, langit biru dengan awan kapas itu seolah mengajaknya untuk pergi jalan-jalan. Kakinya melangkah santai, telinganya tersumpal earphone yang lantas membuat labiumnya bergerak menyenandungkan lagu.

Kepalanya ditundukkan, membaca berbagai rekomendasi terbaik yang bisa ia lakukan sambil menunggu sunset datang. Sesekali ia melirik ke depan, memastikan langkahnya benar, tak menabrak ataupun terperosok apapun. Nyatanya, semakin lama Soraya semakin asik membaca berbagai rekomendasi dari artikel yang membuatnya tak lagi memperhatikan jalanan di depan.

Gubrak

Soraya terkaget-kaget saat dirinya tak sengaja menabrak motor sport yang entah bagaimana bisa ada di depannya. Refleks tangan Soraya terulur untuk menutup mulut karena terlampau terkejut.

Duh mampus, ini pasti gara-gara gue nggak fokus jalan, batin Soraya meringis.

Membuntuti kejadian tersebut, lima orang laki-laki yang umurnya sedikit lebih tua darinya itu datang menghampiri. Soraya merasakan jantungnya berdegup lebih kencang, sambil meremas ujung kemejanya Soraya memikirkan segala kemungkinan yang akan dihadapi, sebab Soraya tahu tak ada lagi celah untuk melarikan diri.

"Heh lo nggak punya mata?!" bentak salah seorang cowok dengan wajah yang memerah. Soraya yakin dia pemilik motor yang sekarang tergeletak di tanah.

"Sorry ... gue nggak sengaja," balas Soraya takut-takut.

Cowok tadi terkekeh, mengambil langkah lebih dekat. "Lo pikir hal itu bisa bikin keadaan membaik? Nope. Lo salah besar, manis."

Soraya menutup matanya sambil berjengit ngeri. Kalimat itu terasa sangat menakutkan, mengintimidasi, dan dalam sekejap Soraya merasakan bahaya yang besar. Seseorang tolong gue.

Laki-laki itu menegakkan motornya, mengecek keadaan si motor tanpa terlewat satu senti pun. "Motor gue lecet, ganti rugi sekarang juga!"

Soraya gelagapan merogoh saku celananya. Damn. Dia tidak membawa uang saat ini, dompetnya tertinggal di rumah.

"Gu-gue ambil uang gue di rumah ya? Rumah gue nggak jauh kok," tawar Soraya sangsi.

"Nope!"

Soraya cepat-cepat menambahkan agar mereka bisa membebaskannya. "Gue nggak akan kabur. Kalian bisa ikutin gue kalau mau."

Laki-laki itu tertawa geli, menatap Soraya dari atas sampai bawah seolah ingin menelanjangi. Sedetik kemudian dirinya menoleh, memberi sinyal kepada temannya lewat gerakan dagu.

Soraya menelan ludah takut. Apa yang akan mereka lakukan? Dengan langkah yang perlahan mundur Soraya menoleh kesana-kemari, berharap ada seseorang yang bisa menolongnya.

Sebelum si gadis mundur lebih jauh, laki-laki itu menahan lengan Soraya. Melayangkan senyum misterius yang membuat Soraya bergetar ketakutan. Dengan sisa akal yang ada, gadis itu menampar tangan laki-laki tersebut, menghempaskannya sampai terlepas dari lengan.

"Jangan macam-macam!" bentak Soraya gemetar.

"Diamlah manis ...." Suaranya keluar dengan nada lembut yang dibuat-buat. Detik berikutnya, tangan laki-laki itu terulur lagi, Soraya refleks kabur tapi dicegat dengan teman laki-laki yang lain. Laki-laki yang kini menatapnya penuh nafsu itu tersenyum puas, berusaha meraih Soraya. Sementara si gadis hanya bisa berteriak dengan suara serak dan tubuh bergetar.

Bugh!

Soraya terkejut ketika laki-laki tadi jatuh terjungkal. Entah bagaimana awalnya, Rafael tiba-tiba datang menghajar, menyelamatkan hidupnya. Soraya berbalik, mengumpulkan seluruh keberanian untuk melawan dua laki-laki yang menahannya di belakang dengan menendang tulang kering mereka. Ketika mereka mengaduh kesakitan Soraya segera kabur, meninggalkan tempat pertikaian.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang