54. TRAUMA

332 16 3
                                    

☯HAPPY READING ☯

Lorong sekolah terasa seperti neraka, panasnya semakin tinggi selaras dengan makin melejitnya postingan yang diunggah akun lambe turah semalam. Gadis itu tahu persis arti tatapan dari seluruh pasang mata yang ia temui, tapi dia memilih diam sambil menundukkan kepala.

Soraya ingin melaporkan tindakan pencemaran nama baik ini, tapi masalahnya dia tidak tahu siapa dalang di balik kekacauan ini. Gadis itu hanya bisa memeluk rasa sakitnya sendirian saat ujaran kebencian datang padanya, dan akan menangis tanpa suara saat DM instagramnya meningkat dengan pesan menyakitkan.

Sampai di kelas yang sudah mulai ramai, Soraya langsung terkulai lemas. Menyembunyikan kepalanya di lipatan tangan, berusaha untuk tidak menangis. Sekon selanjutnya, dua elusan lembut mendarat di punggung rapuhnya.

Keyla dan Illy menatap sahabatnya sendu. Semalaman mereka berdua mencoba menenangkan Soraya lewat pesan maupun telepon, tapi tidak ada satupun yang dibalas. Awalnya mereka berpikir untuk mengunjungi rumah Soraya, tapi urung karena hari sudah terlalu malam.

"Yang kuat ya, Ray! Kita bakal bantu lo ungkap pelakunya," bisik Keyla menenangkan.

Soraya membuka lipatan tangannya, menatap kedua sahabatnya sembari tersenyum. Hatinya menghangat, dia bersyukur bertemu sahabat seperti mereka. "Terima kasih."

Selesai dengan drama sedih dan haru tadi, mereka bertiga pergi ke aula guna mengikuti ujian praktek bahasa. Sembari menunggu urutan tampil, tiga gadis itu mengambil tempat yang agak jauh dari orang lain, memulai pembicaraan.

"Ly, Daniel pernah nggak jelalatan sama cewek lain pas lagi jalan sama lo?" tanya Keyla bercanda.

"Pernah tau. Gue emosi banget sumpah! Masak lagi gandengan tangan, liat yang bening sedikit langsung disamperin. Langsung gue tampar aja tuh anak," dengus Illy penuh emosi.

Soraya tertawa membayangkan Illy yang menampar Daniel, pasti seru. "Tuh kan, yang sekalinya buaya tetep aja buaya."

"Gue pernah ngecek ponselnya. Sumpah, dari atas sampe bawah hampir penuh dengan nama cewek, ada yang minta save lah, minta temenin jalan lah. Habis itu gue bikin pesan siaran pake voice note 'maaf masnya udah punya pacar, jadi jangan berpikir buat jadi pelakor yah, manies' gue kirim itu pesan ke semua cewek-cewek kegatelan itu." Dengan menggebu-gebu, Illy menceritakan secuil kisahnya dengan sang pacar.

"Anjir! Bar-bar banget pawangnya."Keyla tertawa terpingkal-pingkal.

"Biarin. Lagian gue kesel banget anjir." Illy meninju udara, menyalurkan kekesalan yang masih terpendam di hati.

"Eh gue ke belakang sebentar yah." Soraya bangkit dan menitipkan kertas teks puisi pada Keyla.

"Ray, mau gue temenin nggak?" tanya Keyla yang dibalas gelengan kepala dari Soraya.

Gadis cantik itu melangkah menuju toilet untuk menyelesaikan panggilan alam. Langkahnya terkesan buru-buru, bukan karena ingin segera menyelesaikan panggilan alam, melainkan untuk menghindari tatapan kebencian untuknya.

Sebelum kembali ke aula, Soraya lebih dulu membasuh muka. Menatap pantulan wajahnya yang terlihat lebih sayu.

"Itu bukannya cewek yang ada di video ya?"

"Kasian banget ngejar-ngejar Rafael sampai segitunya, kayak nggak ada malu."

"Gue suka Rafael, tapi nggak sampai terobsesi kayak gitu dah."

"Cuih, cewek murahan."

Soraya memperlambat gerakannya dengan kepala yang semakin ditundukkan. Semua kalimat itu sekarang terus dilontarkan padanya. Apa ini tandanya Soraya harus benar-benar melepas Rafael dan mengubur kebenaran itu dalam-dalam?

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang